Belajar Mengubah Situasi Jadi Riang dari Seniman Pandeglang

Ana AmaliaAna Amalia - Sabtu, 02 April 2016
Belajar Mengubah Situasi Jadi Riang dari Seniman Pandeglang

Berebut posisi berteduh di pendopo alun-alun (Foto: Sucitra)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih Budaya - 1 April 2016, Kabupaten Pandeglang memasuki usia ke 142, menjelang usianya satu setengah abad itu, pawai budaya digelar. Masyarakat seni di wilayah selatan tanah jawara itu berkumpul untuk merayakan, membawa semangat dan pernak-pernik tradisi kabupaten ujung barat pulau jawa.

Sedianya, Pawai Budaya akan dimulai pada pukul 14.00 WIB, namun tak ada manusia yang mampu melawan kehendak alam, beberapa menit sebelum jadwal, hujan mengguyur kota dengan sejarah panjang tersebut.

Akhirnya ribuan peserta pawai budaya berteduh dari hujan, ada yang berteduh dibawah tenda yang didirikan di sekitar  alun-alun, ada juga yang menyelamatkan diri di bawah atap Balai Budaya Pandeglang sampai hujan reda.

Hujan berhenti, ribuan orang itu menyerbu lapangan alun-alun dengan semangat, ada wajah cemberut gadis kecil yang make-upnya luntur oleh hujan, namun wajah cemberut itu kalah oleh tabuhan gendang dan pekikan seruling kendang pencak yang bersahutan. Tarian para guru menunjukan wajah ceria, masing-masing mengatur barisan upacara.

Namun sepertinya hujan bergurau dengan peserta pawai budaya, karena datang lagi, secara tiba-tiba dengan guyuran yang deras. Barisan yang mulai rapih itu buyar, sebagian mempertahankan barisan, sebagian kocar-kacir menuju barat,berebut tempat di pendopo alun-alun Pandeglang untuk berteduh.

Menariknya, mereka yang tidak kebagian tempat untuk berteduh merespon situasi dengan riang, tabuhan degung dan kendang kembali menghangatkan suasana, keluar dari alun-alun, menari-nari di jalanan, seolah menjadikan bunyi hujan sebagai bagian dari nada tariannya.

Sementara yang berteduh tertawa-tawa menyaksikan tingkah polah para peserta pawai yang menari-nari itu. Merespon situasi tersebut, dedengkot Bale Seni Ciwasiat Rohaendi mengatakan, itu adalah salah satu ciri masyarakat Pandeglang dalam merespon situasi, selalu ada cara untuk mejadikan suasana tidak ramah menjadi menyenangkan.

"Para seniman yang berasal dari rakyat itu butuh tempat untuk mengekspresikan diri, sehingga hujan yang awalnya menghambat justru dijadikan pelengkap ekspresi mereka," terangnya, Jum'at (1/4/2016) kepada merahputih.com. (Ctr)

BACA JUGA:

  1. Peristiwa Gedoran Tak Jauh Berbeda dengan Tragedi Mei 98
  2. Kontroversi Peristiwa Gedoran, Sejarah Kelam Kota Depo
  3. Peristiwa Gedoran Depok, Perampokan Massal Terhadap Duabelas Marga?
  4. Unik, Perempuan Tidak Boleh Mengaduk Dodol Depok Khas Betawi
  5. Sulitnya Membuat Dodol Depok Khas Betawi
#Wonderful Banten #Pandeglang
Bagikan
Ditulis Oleh

Ana Amalia

Happy life happy me

Berita Terkait

Indonesia
KPK Bakal Panggil Bupati Pandeglang
KPK bakal memanggil Bupati Pandeglang Irna Narulita untuk dikonfirmasi soal harta kekayaannya yang diduga tak wajar.
Zulfikar Sy - Jumat, 05 Mei 2023
KPK Bakal Panggil Bupati Pandeglang
Indonesia
DJP Banten Yakin Perkebunan Vanili JHL Group Serap Ribuan Tenaga Kerja
Yoyok mengunjungi Perkebunan Vanili JHL Group di Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang.
Zulfikar Sy - Selasa, 11 April 2023
DJP Banten Yakin Perkebunan Vanili JHL Group Serap Ribuan Tenaga Kerja
Bagikan