Belajar Menghargai Jasa Kurir dan Ojol Selama PPKM Darurat


Yuk hargai jasa para driver dan kurir. (Foto MP/Rizki F)
KARANTINA di rumah selama PPKM Darurat membuatku seperti anak manja. Mau ngopi pakai jasa ojol. Mau makan pakai jasa ojol. Bahkan mau masak pun beli bahan-bahan segar dikirim ke rumah pakai jasa ojol. Ketika barang diantarkan sudah sampai di depan rumah, aku tidak langsung mengambilnya. "Pak/Mba, tolong taro di keranjang ya!" ucapku. Maklum, COVID-19 membuatku harus melakukan protokol kesehatan ketat dengan meletakkan keranjang khusus untuk paket demi meminimalisasi kontak dengan manusia lain.
Ketika ingin mengambil paket, aku akan menyemprotkan cairan sanitasi di seluruh barang sebelum dibawa masuk ke dalam rumah. Pemberitaan duka merajalela akhir-akhir ini membuat aku dan keluargaku semakin takut dengan COVID-19.
Perpanjangan PPKM darurat menyadarkanku tentang seberapa besar pengaruh kurir online di era digital. Bayangkan jika pandemi terjadi ketika belum mengenal kurir online, pastinya panic buying semakin membludak dan banyak orang akan melakukan kontak lebih sering hanya untuk beroleh makanan.

Kehadiran ojol membuatku sangat terbantu. Aku dan keluarga bisa benar-benar tidak keluar rumah berkat jasa para ojol. Segala urusan bisa selesai, mulai dari membeli obat, makan dan minum, sampai mengantar barang.
Aku pun mengerti menjadi kurir bukan pekerjaan mudah. Selain bekerja dari terang sampai gelap, dibutuhkan juga kemampuan navigasi ciamik. Aku hanya menyetir ke satu atau dua destinasi dalam satu hari saja sudah pusing menatap aplikasi Waze, apalagi mereka harus bolak-balik mengantar jemput barang dan mengantarkannya ke berbagai rumah.
Baca juga:
Setelah PPKM Darurat, Jokowi Harus Jadi Komandan Penanganan COVID-19
Belum lagi jika hujan menghampiri. Baju dan badan basah. Meski begitu, itu bukan menjadi halangan bagi mereka. Yang terpenting, barang diantarkan aman sentosa sampai ke tangan pelanggan. Dengan gaji relatif rendah dan minim jaminan sosial, mereka tidak mendapatkan paycheck bulanan dengan angka tetap seperti aku.
Aku sendiri merasa sangat beruntung dengan keadaanku. Aku diberikan privilege agar bisa Work From Home selama pandemi. Kantorku pun tidak begitu memusingkan soal kehadiran di kantor asal tanggung jawab tetap terpenuhi. Swab gratis dilakukan beberapa kali dan mereka yang positif juga diberikan obat gratis. Malahan, aku jadi bisa mengirit biaya transportasi dan tempat tinggal selama WFH.

Aku menganggap driver ojol dan kurir sebagai pekerja yang berada di garda terdepan untuk memenuhi kebutuhan customer yang demand-nya semakin tinggi di tengah pandemi. Para tulang punggung keluarga berjubah jaket hijau dan jingga pun tidak bisa Work From Home seperti aku. Maka, penting bagi mereka untuk menerapkan prokes lebih ketat.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki medan perangnya masing-masing. Semua pekerjaan memiliki peran dan risikonya sendiri sehingga kurang bijaksana bagiku untuk asal memberikan penilaian terhadap orang lain tanpa berdiri di posisi mereka.
Para pekerja kantoran mungkin memiliki struggle untuk beradaptasi dengan sistem kerja Work From Home. Di sisi lain, pekerja harian seperti driver ojol dan kurir harus berusaha untuk tetap bertahan di tengah PPKM dan terus bekerja di lapangan. Pada dasarnya, semuanya sedang resah karena COVID-19 bisa menjangkit semua orang tanpa mengenal ras, golongan, dan jenis pekerjaan.
Baca juga:
Kilas-Balik Memori Bolos Sekolah, Ngapain Aja Sih?
Aku dan keluargaku pun memutuskan untuk sering-sering berbagi walau tidak banyak, sekadar menunjukkan rasa simpati dan apresiasi terhadap jasa mereka. Ketika melihat driver ojol atau kurir lalai menggunakan masker, biasanya kami memberikan beberapa buah masker baru kepada mereka. "Mungkin pas tadi hujan maskernya basah atau jatuh dan kotor, jadi udah enggak nyaman dipake, kasih aja deh," pikir kami.
Terkadang, kami juga membagikan hand sanitizer. "Mungkin gak sempet beli beginian karena sibuk nganter barang, kasih aja deh mumpung ada lebih," pikir kami.

Kami pun suka membagikan tas belanja besar agar bisa membantu kurir untuk menyimpan barang di kendaraan mereka saat mengantar barang kepada pelanggan. Meski harganya enggak mahal, aku dan keluarga pasti merasa senang jika bisa membantu meringankan pekerjaan mereka. Kami pun terinspirasi dari suatu kejadian saat kantong belanja seorang ojol jeblos di tengah jalan sehingga barangnya tumpah semua berceceran.
Jika sudah kehabisan barang yang bisa diberikan, biasanya kami memberikan tips kepada mereka. Sekali lagi, bukan dilihat dari jumlahnya, melainkan dari niat baik kami kepada mereka.
Sebagai tindakan preventif untuk diri kami sendiri, aku sekeluarga selalu menganggap semua orang yang kita temui itu terjangkit COVID-19 sehingga kami selalu mengetatkan protokol kesehatan bahkan ketika hendak mengambil barang di keranjang atau sekadar buang sampah ke luar rumah.
Bagiku, jika tidak bisa mengubah mindset atau perilaku orang lain, hanya ada satu cara yang bisa dilakukan; mulai dari diri sendiri. Daripada mempermasalahkan hal yang aku sendiri pun tidak bisa memberikan solusi, hari ini, besok, dan seterusnya, aku lebih memilih untuk bersimpati. (SHN)
Baca juga:
Bagikan
annehs
Berita Terkait
Harga Huawei Pura 80 Series di Indonesia, Segera Rilis dengan Desain Elegan dan Baterai Tahan Lama

Huawei Pura 80 Ultra Punya Kamera Telefoto Ganda, Bisa Zoom Jarak Jauh Tanpa Buram!

Desainnya Bocor, Samsung Galaxy S26 Pro Disebut Mirip Seri Z Fold

iPhone 17 Pro dan Pro Max Pakai Rangka Aluminum, Kenapa Tinggalkan Titanium?

Samsung Sedang Kembangkan HP Lipat Baru, Bakal Saingi iPhone Fold

Sense Lite, Inovasi Baru JBL dengan Teknologi OpenSound dan Adaptive Bass Boost

Chip A19 dan A19 Pro Milik iPhone 17 Muncul di Geekbench, Begini Hasil Pengujiannya

Xiaomi 16 Pro Bisa Jadi Ancaman Buat Samsung Galaxy S26 Pro, Apa Alasannya?

OPPO Find X9 dan X9 Pro Bakal Hadir dengan Baterai Jumbo, Meluncur 28 Oktober 2025

Spesifikasi Lengkap iPhone 17: Hadir dengan Layar Lebih Besar dan Kamera Super Canggih
