Banyak Warga Suriah yang Diduga Kena Bahan Kimia Beracun
Seorang bocah lelaki melihat keluar jendela bus saat dievakuasi keluar kota Douma, Timur Ghouta, di Damaskus, Suriah (ANTARA FOTO/REUTERS/Bassam Khabieh)
MerahPutih.Com - Perang antar faksi di Suriah dituding telah memantik penggunan bahan kimia sebagai senjata pemusnah. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satu dari kelompok yang saling bertikai telah menggunakan senjata kimia dengan serangan gas beracun.
Tercatat sekitar 500 orang sudah dirawat karena tanda dan gejala tetap akibat pengaruh bahan kimia beracun. Pada Rabu (11/4) sejumlah daerah kantong pemberontak Suriah terkena dampak gas beracun tepat sehari setelah pasukan pemberontak kalah.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan sekutu Barat mempertimbangkan tindakan militer untuk menghukum Presiden Suriah Bashar al-Assad atas serangan gas beracun terlaporkan pada Sabtu di Kota Douma, yang lama bertahan melawan pengepungan pemerintah. Damaskus mengatakan membantah laporan tentang serangan gas itu.
WHO sebagaimana dilansir Antara dari Reuters mengutuk kejadian itu dan mengatakan lebih dari 500 orang dari Douma dirawat karena mengalami gejala keracunan gas.
"Secara tertentu, ada tanda iritasi parah pada selaput lendir, kegagalan pernafasan dan gangguan pada sistem saraf pusat pada yang terpapar," kata pernyataan badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut, yang disiarkan di Jenewa.
Badan kesehatan tersebut memperingatkan bahwa WHO tidak memiliki peran formal dalam penyelidikan forensik pada penggunaan senjata kimia. Pemeriksa senjata kimia internasional dari Damaskus sedang memastikan perjalanan yang aman ke dan dari Douma untuk menentukan apakah amunisi yang dilarang secara global digunakan, meskipun pihaknya tidak akan menunjuk kesalahan.
Tentara Suriah berjaga di sebelah kendaraan lapis baja, di perbatasan kota Harasta, wilayah timur Damaskus, pinggiran Ghouta, Suriah (ANTARA FOTO/REUTERS/Omar Sanadiki)
Dalam laporannya WHO juga mengatakan bahwa lebih dari 70 orang yang berlindung dari pemboman di ruang bawah tanah bekas daerah kantong pemberontak Ghouta timur, lokasi Douma, dilaporkan telah meninggal.
Pihaknya mengatakan, 43 dari kematian itu "terkait dengan gejala konsisten dengan paparan bahan kimia yang sangat beracun," mengutip laporan dari mitra kesehatan setempat.
"Kita semua harus marah pada laporan dan gambaran mengerikan dari Douma ini," kata Peter Salama, wakil direktur jenderal WHO untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
"WHO menuntut segera akses tanpa hambatan ke daerah tersebut untuk memberikan perawatan kepada mereka yang terkena dampak, untuk menilai dampak kesehatan, dan untuk memberikan respon kesehatan masyarakat yang komprehensif," katanya.
Badan bantuan PBB tidak memiliki akses ke sebagian besar Ghouta timur, di mana pemberontak telah menarik diri di bawah kesepakatan dengan pemerintah Suriah yang memulihkan kontrolnya atas kawasan itu.
Badan kesehatan dunia ini mengatakan pihaknya telah melatih lebih dari 800 pekerja kesehatan Suriah untuk mengenali gejala dan mengobati pasien yang terpapar senjata kimia. Badan kesehatan PBB tersebut juga telah mendistribusikan obat penawar untuk racun saraf, termasuk pada Douma yang terkepung tahun lalu.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Israel Serbu Kantor PBB untuk Pengungsi Palestina, Staf Internasional Dipaksa Pergi
PBB Ungkapkan Duka Bencana Sumatera, Siap Dukung Upaya Kemanusiaan
Turut Berduka Atas Banjir Sumatera, Sekjen PBB Tawarkan Bantuan Tanggap Bencana
Disebut PBB Jakarta Berpenduduk 42 Juta, Gubernur Pramono: Angka Itu Aglomerasi Jabodetabek
PBB Sebut Populasi Jakarta Capai 42 Jiwa, Dukcapil DKI Beri Klarifikasi
Tak Terima Jakarta Jadi Kota Terpadat Dunia, Pemprov DKI Sebut Harusnya Peringkat 30
Proses Pemilihan Sekjen PBB Dimulai, Negara Anggota Diminta Calonkan Perempuan
Dapat Restu dari PBB Kirim Pasukan ke Gaza, TNI Tunggu Perintah Prabowo
Laut Mediterania Kuburan 1.000 Lebih Imigran Afrika ke Eropa Sepanjang 2025
2 Negara Eropa Desak Pembatasan Hak Veto di Dewan Keamanan PBB, Hambat Tindakan Kemanusian