Banjir Aceh, Jumlah Pengungsi Capai 120.966 Jiwa

MerahPutih, Nasional - Setelah 10 tahun lalu diterpa dengan bencana gempa bumi yang disertai gelombang Tsunami, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) kembali ditimpa musibah. Kali ini bukan bencana Tsunami yang datang menyambangi Provinsi berjuluk Serambi Mekah, namun banjir bandang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pernya kepada redaksi, Selasa malam (24/12) menjelaskan tujuh kabupaten di Aceh terendam banjir sejak Minggu (21-12) hingga saat ini. Tercatat banjir merendam 73 kecamatan di 7 kabupaten yaitu Kab.
Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Pidie, Lhokseumawe, dan Banda Aceh. Daerah yang parah terendam banjir adalah di Aceh Timur dan Aceh Utara yang mencapai tinggi 50-400 cm. Data sementara yang dihimpun oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), jumlah pengungsi mencapai 120.966 jiwa (20.570 KK).
"Di Aceh Timur banjir merendam 25.773 rumah di 276 desa (23 kecamatan) sehingga menyebabkan 59.488 jiwa (14.514 KK) mengungsi. Daerah yang terparah adalah Kec. Julok yang terendam banjir hingga ketinggian 2 meter. Sebanyak 5.743 jiwa warga 26 desa jiwa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi," kata Sutopo.
Sementara itu banjir di Aceh Utara melanda 20 kecamatan sejak Jumat (19-12-2014). Hingga saat ini masih dilakukan pendataan jumlah pengungsi. Banjir di Aceh Utara. Banjir terjadi akibat sungai-sungai yang dangkal sehingga ketika hujan, debit sungai meluap.
Selain hujan lokal, juga akibat hujan dari Kab. Bener Meriah dan Takengon. BPBD Kab. Aceh Utara bersama TNI, Polri, SKPD, relawan dan masyarakat masih melakukan evakuasi warga yang terlanda banjir. Bantuan logistik terus dikirimkan ke lokasi banjir. BPBD kesulitan untuk menuju lokasi banjir karena keterbatasan perahu karet, peralatan, logistik, kendaraan operasional dan luasnya wilayah yang terendam banjir.
Kebutuhan mendesak adalah perahu karet, makanan siap saji, selimut, tikar, pakaian dan kebutuhan bayi dan anak.
"Daerah di Aceh saat ini rentan terjadi banjir karena adanya sedimentasi di sungai akibat degradasi lingkungan. Perlu penanganan banjir secara komprehensif, baik struktural maupun non struktural agar banjir dapat diminimumkan risikonya," demikian Sutopo. (MP/BHD)
Bagikan
Berita Terkait
Prabowo Beri Sinyal Indonesia Dukung Qatar yang Baru Diserang Israel

Pengamat Ingatkan Indonesia Bisa Seperti Nepal, Fenomenanya Mirip Pejabat Flexing dan Korup

Kartu Kuning 2 Tahun Berakhir, Geopark Kaldera Toba Kembali Raih Status Kartu Hijau UNESCO

Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, Umat Islam Diimbau Salat Khusuf

Fenomena Gerhana Bulan Total Terlihat Langit Indonesia 7-8 September 2025, Bisa Nonton Live Stream Loh di Link Ini

Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, ini Jadwal dan Lokasi Pengamatannya

Raih Emas Terbanyak di Asian Cup Woodball Championship 2025, 3 Srikandi Indonesia Belum Puas dan Mau Catat Sejarah Baru

Jelang Peringatan HUT ke-80 RI, PT KAI Ajak Penumpang Tunjukkan Sikap Hormat setiap Pukul 10.00, Nyanyikan 'Indonesia Raya' Bersama-Sama

Prakiraan Cuaca 14–18 Agustus 2025: Waspadai Hujan Lebat dan Angin Kencang

BRIN Lakukan Ekspedisi Maritim Pelajari Tsunami Akibat Tumbukan Lempeng Australia–Jawa, Ajak Peneliti China
