Apakah Mobil Elektrik Benar-Benar Ramah Lingkungan?
Benarkah mobil elektrik seramah yang dibicarakan (Foto: wall.alphacoders/@TorinoGT)
MOBIL bertenaga elektrik saat ini menjadi alternatif untuk mobil yang masih menggunakan bahan bakar fosil. Iklan-iklan mobil elektrik biasanya menuliskan bahwa produk mereka ramah lingkungan dan tidak menciptakan polusi sama sekali.
Tapi apakah kenyataannya seperti itu? Dilansir dari Energuide, banyak elemen yang harus kita pertimbangkan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Meski secara langsung mereka tidak menciptakan polusi udara yang biasanya dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (bensin), tapi darimana asal listrik yang digunakan dalam mobil elektrik tersebut harus dipertimbangkan juga.
Baca juga:
Milenial Indonesia Harus Melek Teknologi Mobil Listrik
Menurut Energuide, 60% listrik yang diproduksi di seluruh dunia berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Singkatnya, dengan kata lain bisa dikatakan bahwa 60% tenaga yang digunakan dalam mobil elektrik masih berasal dari bahan bakar fosil.
Meskipun begitu menurut The Guardian, banyak studi yang menunjukkan bahwa mobil elektrik tetap lebih efisien dibanding mobil konvensional. Dengan jumlah bahan bakar fosil yang sama, mobil elektrik dapat bergerak lebih jauh karena energi yang digunakan lebih sedikit.
Science Focus menuliskan bahwa pabrik-pabrik pembangkit tenaga listrik juga memproduksi energi yang lebih banyak dibandingkan mesin-mesin mobil konvensional. Laman DW juga berargumen bahwa setidaknya, polusi udara dari pembakaran bahan bakar fosil berpusat ke daerah-daerah pabrik pembangkit listrik. Pabrik pembangkit listrik pun biasanya memiliki cara untuk mengurangi efek buruk dari pembakaran tersebut.
Baca juga:
Neo Blits, Mobil Listrik Off-Road Karya Anak Bangsa
Permasalahan lain yang perlu dibahas untuk menjawab pertanyaan apakah mobil elektrik benar-benar ramah lingkungan, adalah sumber daya untuk membuat mobil elektrik. Mobil elektrik, tentunya membutuhan baterai utuk menyimpan energi listrik.
Sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat baterai salah satunya yaitu lithium atau kobalt. Kedua sumber daya itu termasuk langka, membutuhkan banyak usaha untuk mengumpulkannya, dan sulit didaur ulang. Energi yang digunakan untuk memproduksi baterai pun juga cukup tinggi. Mempertimbangkan hal tersebut, mungkin nantinya akan menjadi masalah untuk memproduksi massal mobil elektrik.
Satu lagi hal yang harus dipertimbangkan adalah pembangunan stasiun-stasiun pengecasan dan kabel yang dapat menghantarkan listrik dalam jumlah besar. Infrastruktur tersebut membutuhkan biaya yang tinggi dan tentunya juga tanah untuk tempat pengecasan.
Baca juga:
Skuter Listrik Terobosan Baru yang Ramah Lingkungan, Ini Keunggulannya
Memang masih banyak yang harus dipertimbangkan untuk menjawab pertanyaan seputar mobil elektrik. Namun setidaknya saat ini sudah ada opsi untuk menggantikan mobil konvensional dan tidak menutup kemungkinan adanya opsi baru yang lebih ramah lingkungan. (sep)
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Bikin Inovasi Baru, Oli Full Synthetic untuk Motor Matic Kini Hadir dengan Standar API SN
Peredaran Oli Tak Sesuai Spesifikasi Berhasil Diungkap di Jambi, Federal Oil Tekankan Pentingnya Edukasi dan Perlindungan Konsumen
Konsisten Jaga Kepercayaan Konsumen selama Lebih dari 1 Dekade, Federal Oil Kembali Sabet Superbrands Awards di 2025
Jadi Sarana Edukasi, Partisipasi Pengguna Motor Matic Naik di Program Berhadiah Pulsa
Rajin Ganti Oli Mobil, Pengendara Dapat Paket Liburan Rp 70 Juta hingga Logam Mulia
Mengenal Konsep Jinba Ittai Mazda, Filosofi Asal Jepang Buat Pengendara Menyatu dengan Mobil
Kendaraan Listrik Makin Marak di Indonesia, DPR Dorong Pemerintah Optimalkan Potensi Bisnis Pergantian Baterai
BAIC BJ30 Unjuk Gigi di GIIAS Bandung 2025, Ada Harga Khusus Buat 500 Pembeli Pertama!
IMOS 2025 Ditutup, Sukses Catat Lebih daripada 103 Ribu Pengunjung
JAECOO J8 ARDIS Guncang GIIAS Semarang, Hadir dengan Sederet Desain Premium Hingga Fitur Canggih