AI Bantu Temukan Antibiotik Baru Pembasmi Superbug


AI memiliki kekuatan untuk mempercepat penemuan obat baru secara besar-besaran. (freepik/freepik)
BELAKANGAN ini dunia kesehatan dipusingkan oleh superbug, bakteri yang menjadi sulit dibasmi dengan antibiotik yang ada. Kini, para ilmuwan telah menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk menemukan antibiotik baru yang dapat membunuh spesies superbug yang mematikan.
AI membantu mempersempit ribuan bahan kimia potensial menjadi hanya beberapa saja yang dapat diuji di laboratorium. Hasilnya adalah antibiotik eksperimental yang ampuh yang disebut abaucin. Penemuan ini memerlukan pengujian lebih lanjut sebelum digunakan.
Baca Juga:
Penemuan Teknologi OI Diperkirakan akan Kalahkan Kecerdasan AI

Penemuan antibiotik itu merupakan contoh terbaru bagaimana alat kecerdasan buatan dapat menjadi kekuatan revolusioner dalam sains dan kedokteran. Para peneliti di Kanada dan AS mengatakan AI memiliki kekuatan untuk mempercepat penemuan obat baru secara besar-besaran.
Lebih dari satu juta orang per tahun diperkirakan meninggal akibat infeksi yang menolak pengobatan dengan antibiotik. Assistant Professor, Biochemistry & Biomedical Sciences Dr Jonathan Stokes dari Universitas McMaster, Inggris, menggambarkan superbug itu sebagai musuh publik nomor satu karena sangat umum untuk menemukan kasus di mana mereka kebal terhadap hampir setiap antibiotik.
Namun, dalam penelitian tersebut, para peneliti fokus pada salah satu spesies bakteri yang paling bermasalah, Acinetobacter baumannii yang dapat menginfeksi luka dan menyebabkan pneumonia. Spesies ini adalah salah satu dari tiga superbug yang diidentifikasi oleh World Health Organization (WHO) sebagai ancaman.
Baca Juga:
Kenalan dengan Girl Grup Korea yang Membernya Artificial Intelligence

Melatih kecerdasan buatan
Untuk menemukan antibiotik baru, pertama-tama para peneliti harus melatih AI. Mereka mengambil ribuan obat di mana struktur kimia yang tepat diketahui, dan mengujinya secara manual pada Acinetobacter baumannii untuk melihat mana yang dapat memperlambat atau membunuhnya.
Informasi ini dimasukkan ke dalam AI sehingga dapat mempelajari ciri-ciri kimia obat yang dapat menyerang bakteri bermasalah.
AI kemudian dilepaskan pada daftar 6.680 senyawa yang keefektifannya tidak diketahui. Hasilnya - dipublikasikan di Nature Chemical Biology - menunjukkan AI membutuhkan waktu satu setengah jam untuk menghasilkan daftar pendek.
Para peneliti menguji 240 di laboratorium, dan menemukan sembilan antibiotik potensial. Salah satunya adalah abaucin antibiotik yang sangat manjur.
Eksperimen laboratorium menunjukkan itu bisa mengobati luka yang terinfeksi pada tikus dan mampu membunuh sampel A. baumannii dari pasien.
"AI meningkatkan kecepatan, dan di dunia yang sempurna menurunkan biaya, yang dengannya kita dapat menemukan kelas antibiotik baru yang sangat kita butuhkan," kata Stokes seperti diberitakan BBC (26/5).
Langkah selanjutnya adalah menyempurnakan obat di laboratorium kemudian melakukan uji klinis. Antibiotik AI pertama bisa memakan waktu hingga 2030 sampai tersedia untuk diresepkan. (aru)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Bodi iPhone 17 Pro Alami Masalah 'Scratchgate', Lagi Ramai Jadi Perbincangan

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Bocoran Warna Xiaomi 17 Series Terungkap, Segera Meluncur 25 September

iPhone Air Lebih Awet dari Samsung Galaxy S25 Edge, Bisa Bertahan hingga 9 Jam!

Xiaomi 17 Series Meluncur 25 September, Bawa Chipset Snapdragon 8 Elite Gen 5

Spesifikasi OPPO Find X9 Mulai Bocor, Sudah Muncul di Database NBD Vietnam

iPhone 18 Pro Berencana Adopsi Desain Semi-transparan, Jadi Keputusan Paling Berani?

Vivo X300 Bakal Jadi Pesaing iPhone 17, Punya Fitur Mirip AirDrop

Casing Samsung Galaxy S26 Ultra Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan

Gucci, Balenciaga, dan Alexander McQueen Diretas, Hacker Sandera Data Pribadi Pelanggan
