Ada Celah di Balik Kebijakan Tarif Timbal Balik Amerika Serikat, Ekonom: Indonesia Harus Keluar dari Zona Nyaman


Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (2/1/2025). (ANTARA/HO-BRK Syariah)
MerahPutih.com - Indonesia seolah terjebak kebijakan tarif impor baru yang dicetuskan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Sektor-sektor yang paling terdampak seperti tekstil dan sepatu yang sudah lama sakit kronis akibat ketidakmampuan berinovasi dan ketergantungan berlebihan pada tenaga kerja murah.
Ekonom Achmad Nur Hidayat menilai, ada peluang emas di balik kebijakan Trump ini. Achmad mencontohkan, industri elektronik dalam negeri bisa beralih dari sekadar perakitan menjadi penguasaan teknologi.
“Ini bisa mengikuti jejak Vietnam yang sukses menarik investasi semikonduktor,” kata Achmad kepada wartawan di Jakarta, Jumat (4/4).
Achmad melihat, peluang lain adalah ada di sektor pertanian Indonesia.
“Sektor pertanian dan kelautan memiliki potensi besar di pasar Timur Tengah dan Afrika yang selama ini terabaikan,” ungkap Achmad yang juga ekonom dari UPN Veteran Jakarta ini.
Baca juga:
7 Situasi Pelik di Depan Mata Buntut AS Kenakan Tarif Resiprokal 32% ke Indonesia
Achmad juga menyarankan agar Indonesia memperkuat posisi tawar melalui industrialisasi digital.
“Daripada hanya fokus pada barang fisik yang rentan tarif, mengapa tidak menggenjot ekspor jasa digital seperti SaaS (Software as a Service) atau fintech yang tidak terkena bea masuk,” sebut dia.
Lalu, pemerintah Indonesia bisa memanfaatkan kekuatan diaspora.
“Jutaan WNI di AS bisa menjadi duta dagang informal dan membantu membuka akses pasar. Membentuk aliansi industri regional,” jelas Achmad.
Achmad melihat, kebijakan tarif impor ini bukanlah akhir dari dunia, melainkan ujian kedewasaan bagi ekonomi Indonesia.
Kebijakan AS ini justru memberikan keuntungan tak terduga yakni memaksa Indonesia untuk keluar dari zona nyaman.
Masalahnya bukan terletak pada kebijakan Presiden AS Donald Trump, tetapi pada kesiapan sendiri untuk berubah.
“Sejarah membuktikan bahwa negara-negara yang berhasil seperti Korea Selatan dan Taiwan justru bangkit setelah menghadapi tekanan perdagangan serupa,” tutup Achmad.
Baca juga:
DPR RI Dorong Pemerintah Lobi AS soal Tarif Timbal Balik dan Cari Pasar Alternatif
Sekedar informasi, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif baru sedikitnya 10 persen pada hampir semua barang impor yang masuk ke AS. ‘Apesnya’, Indonesia muncul pada daftar tarif resiprokal atau timbal balik tersebut.
AS akan mengenakan tarif timbal balik sebesar 32 persen terhadap barang-barang Indonesia yang dijual di negeri Paman Sam itu. (Knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
BI Tahan Suku Bunga Acuan, Perang Tarif AS Bikin Ekonomi Dunia Melemah

Diskon Tiket Pesawat Saat Natal dan Tahun Baru Capai 14 Persen, Tapi Hanya Untuk Kelas Ekonomi

Indonesia Masih Harus Berunding Soal Tarif Dengan AS, Ditargetkan Akhir Tahun Rampung

Media Besar AS Tolak Pembatasan Pers, Ramai-Ramai Say Good Bye ke Pentagon

3 Ekonom Terima Hadiah Nobel atas Riset Mengenai Creative Destruction

Komentar Menkeu Purbaya Kinerja `1 Tahun Ekonomi Pemerintah Prabowo, Ada Perbaikan Konsumsi Warga

Perang Dagang AS-China, Menkeu: Biar Aja Mereka Berantem, Kita Untung

Helikopter Jatuh di Pantai California, 5 Orang Terluka Termasuk Pejalan Kaki

[HOAKS atau FAKTA]: Luhut Yakin Ekonomi Indonesia Melebihi AS jika Jokowi Jadi Presiden Lagi
![[HOAKS atau FAKTA]: Luhut Yakin Ekonomi Indonesia Melebihi AS jika Jokowi Jadi Presiden Lagi](https://img.merahputih.com/media/c6/a4/11/c6a411b764a183dd20f1e4743b63bb8c_182x135.png)
Jadi Idola Baru, Menkeu Purbaya Kaget saat Ditanya Rencana Jadi Cawapres
