3 Tren pada Generasi Milenial yang Seringkali Berujung pada Depresi


Kenali beberapa tren dikalangan milenial yang bisa menyebabkan depresi (Foto: pixabay/duy_ittn)
UNTUK kamu yang belum tahun depresi itu apa, singkatnya Depresi merupakan sebuah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih mendalam dan rasa tidak peduli gengs.
Biasanya nih ya gengs, depresi bisa dikenali dengan beberapa gejala. Untuk psikologi orang yang depresi ciri-cirinya ialah selalu dibebani rasa bersalah, merasa putus asa, merasa cemas dan khawatir berlebih, mudah marah dan menangis atau sensitif.
Baca Juga:
Awas! Depresi Bisa Bikin Ukuran Otak Menyusut
Selain itu biasanya orang depresi juga sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tak tertarik terhadap segala hal, muncul ide menyakiti diri hingga percobaan bunuh diri.
Sementara untuk ciri-ciri fisik gejala depresi yaitu dari mulai selalu merasa kelelahan, selera makan menurun, insomnia, pusing atau nyeri yang tak jelas alasannya, pergerakan tubuh dan bicara lebih lambat dari biasanya, tak ada gairah seksual hingga perubahan berat badan.
Depresi sendiri bisa terjadi pada segala usia gengs, termasuk para generasi milenial. Apalagi ditengah perkembangan era digital saat ini, yang membuat milenial dengan mudah melakukan berbagai hal.
Bicara soal depresi, ada beberapa hal yang menjadi tren dikalangan milenial yang tanpa disadari tren tersebut berpotensi besar menimbulkan depresi.
1. Berlebihan Menggunakan Media Sosial

Saat ini tak dipungkiri jika hampir seluruh milenial menggunakan media sosial. Dari mulai instagram, twitter, snapchat, facebook, dan sebagainya. Yakali hari gini ga punya media sosial ya khann??.
Media sosial sendiri sejatinya sih memiliki banyak manfaat gengs untuk milenial. Selain bisa memperbanyak teman, untuk berbisnis seperti bukan online shop dan sejenisnya, promosi gratis sebuah karya, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Tapi itu jika kamu menggunakannya dengan bijak yah gengs, sebaliknya jika kamu menggunakan secara berlebihan justru bisa menjadi boomerang hingga membuatmu menjadi depresi.
Menurut Dr. Mihalas, terlalu berlebihan menggunakan media sosial, bisa menjadikan kamu sebagai korban dari pikiran kamu sendiri. Yakni saat pikiran itu mulai tak selaras dengan dunia sekitar kamu.
Depresi biasanya muncul ketika kamu melihat teman-teman media sosial kamu update sesuatu yang tak dapat kamu terima di kehidupan nyata. Atau faktor lainnya yakni apabila kamu harus berada di dalam room chat yang berisi perbincangan yang tak kamu ingingkan, tapi sulit untuk berhenti memperhatikannya.
Lalu faktor yang paling berbahaya di media sosial ialah bullying. Dimana ketika media sosial selain digunakan sebagai alat komunikasi dan menunjukan gaya hidup seseorang. Media sosial pun menjadi wadah bagi orang-orang yang aktif didalamnya untuk mengungkapkan pendapat dan pandangan mereka, dari segi sosial hingga politik. Tak sedikit komentar negatif yang dengan mudah dilontarkan, padahal hal itu bisa berpengaruh buruk terhadap psikologi seseorang yang dinilainya di media sosial.
Selain itu, kebanyakan dari orang-orang yang tak memiliki keberanian atau sulit mengutarakan pendapat negatif tentang suatu hal atau tentang seseorang. Orang itu cendrung akan berkata dan mengeksposnya dia media sosial. Seperti halnya melakukan pencemaran nama baik seseorang, menyebar hoax bahkan memfitnah.
Tak sedikit pula orang-orang yang mengisi media sosial dengan hal negatif atau hal yang biasa saja tapi berdampak negatif bagi seseorang. Seperti contoh menunjukan gaya hidup mewah yang membuat orang lain melihatnya iri dan mempunyai emosional negatif akan dirinya sendiri dan orang tersebut.
Seperti yang dikutip dari laman alodokter, kebanyakan kobran depresi media sosial ialah para remaja dan perempuan. Remaja dengan emosinya yang masih labil dan perempuan yang cendrung lebih sensitif pada suatu hal. Oleh karena itu, patut bagi kita semua, khususnya para generasi milenial untuk tak menyalahgunakan media sosial atau menggunakannya secara berlebihan, hingga kecanduan dan depresi. Berhentilah memiliki perasaan membandingkan hidup kamu dengan hidup orang lain, Syukurilah apa yang kamu miliki.
2. Pacaran yang Tak Sehat

Setiap orang tentunya menginginkan sebuah hubungan yang harmonis dengan pasangan atau pacar ya gengs. Namun hal itu tentu tak didapat dengan mudah. Biasanya selain didasari oleh cinta, menjalin hubungan pun harus didasari oleh rasa saling percaya.
Percuma saja jika dua orang yang saling mencintai tapi tak bisa saling mempercayai, apalagi jika pikiran negatif terus menghatuimu. Seperti halnya kecurigaan terus menerus atau super duper posesif. Perlu diketahui, pasangan kamu pun butuh waktu untuk pribadinya.
Karena disaat seseorang yang tak bisa memberikan waktu pribadi pada pasangannya dan kerap menyangka pasangannya berselingkuh dan sebagainya, maka bisa dipastikan hubungannya tak akan langgeng. Hubungan yang dipenuhi prasangka dan pikiran negatif pun tak akan berjalan dengan harmonis dan penuh kesalah pahaman.
Ironisnya pikiran negatif tak hanya membuatmu ditinggal oleh si doi. Tapi juga akan membuatmu depresi. Berdasarkan sebuah laporan penelitan berjudul 'Dimension of Negative Thinking and Relations with Symptoms of Depression dan Anxiety in Children and Adolescents' seperti yang dikutip dari laman Go Dok, diketahui bahwa bahaya pikiran negatif yang berulang-ulang bisa menimbulkan gangguan kecemasan, stres hingga depresi.
So, ubahlah pola pikir kamu menjadi lebih positif yah gengs. Jangan terlalu tertekan atas pikiran-pikiran yang belum tentu benar adanya.
Baca Juga:
Penelitian Menyebutkan, Anggur Merah Ternyata Bisa Mengurangi Depresi dan Kecemasan
3. Ketergantungan Alkohol

Namanya anak milenial ya gengs, di usia yang masih sangat muda tentunya ingin bersenang-senang dengan mencoba berbagai hal. Dalam hal ini untuk yang sudah cukup umur misalnya usai 18 tahun atau 21 tahun keatas yaw.
Salah satunya banyak milenial saat ini yang hobby nongkrong di bar atau cafe yang menghadirkan live music, ga perlu disebut lah yah, pasti kalian udah tau lah tempat-tempatnya dimana aja. Biasanya sih kurang saik kalau enggak sambil icip-icip minuman beralkohol yah gengs, biar sedikit tipsy gitu khan.
Kalau kalian udah tipsy, saat singalong lagu Berharap Tak Berpisah ala-ala anak gaul Jaksel dan berdansa kecil bareng teman-teman, pastinya enak banget gengs, jangan lupa instastory juga buat pamer ke temen sosmed kalian hehehe.
Apalagi kalau kalian pergi kelab malam yah gengs, yang muterin lagu-lagu EDM, masa cuma minum orange juice atau minuman bersoda, entar jogetnya gimana dong? hehehe, kurang greget pastinya. Butuh sentuhan minuman beralkohol untuk bisa menikmati musik dan berdansa di dance floor atau di table kalian agar lebih saik.
Namun ini ada tapinya nih gengs, minum-minuman beralkohol boleh saja untuk yang sudah cukup umur. Namun kamu harus tau batasan dan jangan berlebihan, apalagi sampai ketergantungan. Seperti contoh sedikit-sedikit ada masalah kamu menjadikan alkohol sebagai pelarian, hal itu tak baik gengs. Karena seperti yang dikutip dari laman alodokter, ketergantungan alkohol bisa memicu atau memperparah depresi. Tentunya kamu enggak mau hal itu terjadi.
Nah itu dia gengs beberapa tren di kalangan milenial, yang jika tak dilakukan dengan bija, bisa menyebabkan depresi. Karena itu, sebelum melakukan suatu hal, kamu kenali dulu dampak baik dan buruknya. Ambil yang baiknya dan tinggalkan yang buruknya gengs, okeyy!. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pemerintah Ajak Masyarakat Kampanyekan Kesehatan Jiwa
