Tren Teknologi Jaringan Perlu Diantisipasi di 2021
Jumat, 05 Februari 2021 -
2020 merupakan tahun yang sangat berbeda dari tahun sebelumnya. Berbagai perubahan terjadi di 2020 akibat pandemi COVID-19.
Setelah tahun sebelumnya konsep bekerja haru secara fisik di kantor, pada 2020, perusahaan diharuskan melakukan migrasi secara virtual dengan cara Work From Home (WFH).
Baca Juga:
Indonesia Jalin Kemitraan Teknologi AR dengan Oman

Tren kantor tanpa fisik mendorong perubahan pasar, khususnya tumbuhnya toko online. Hal itu dipaparkan oleh Country Manager Indonesia, Aruba, a Hewlett Packard Enterprise Robet Suryakusuma.
"Bekerja atau berjualan sekarang tidak perlu ada tokonya. Cukup punya akun di media sosial atau platform e-commerce, sudah punya toko online dan dapat berjualan. Ini menjadi market tren pada 2021," jelas Robert seperti yang dilansir dari laman Antara.
Hal tersebut mengantarkan pada tren pertama, hybrid workforce, yang berarti pada 2021 karyawan diprediksi masih akan melakukan pola kerja secara jarak jauh.
Tim TI didorong lebih jauh untuk melakukan transformasi digital serta akeselarasi transisi seiring dengan para karyawan telah beradaptasi dengan 'new normal'.
Dengan adanya perluasan jaringan oleh para karyawan, membuat perusahaan untuk lebih memperhatikan keamanan. Karena menurut Robert, keuangan merupakan jantung dari networking.
Selanjutnya tren yang kedua yakni keamanan yang harus dilihat secara dinamis. Dalam hal ini, yang perlu dilihat ialah endpoint, edge, hingga cloud.
Dengan tumbuhnya tren bekerja jarak jauh, tim TI harus memperhatikan pendekatan keamanan yang terhubung. Saat perangkat terhubung, jaringan otomatisasi menjadi tren.
Baca Juga:
Otomatisasi jaringan kian matang lantaran kebutuhan serta pengalaman pengguna. Karena itu, kematangan solusi dengan menyediakan Machine Learning diprediksi meningkat signifikan di 2021.
Pandemi meningkatkan minat dalam otomatisasi jaringan. Tercatat 35 persen pembuat keputusan TI di antara para pemimpin berencana untuk meningkatkan investasi pada jaringan berbasis Artificial Intelligence (AI).

Selain itu, pandemi juga telah mempercepat desentralisasi jaringan bisnis serta mengubah alur dan proses kerja. Diketahui sebanyak 70 persen pembuat keputusan TI di kawasan Asia Pasifik, disebut telah secara aktif menggunakan teknologi edge. Data di proses sebelum masuk ke data center pada 2020, dan 6 persen berencana untuk melakukannya tahun ini.
Teknologi Edge akan menjadi fokus utama pada keadaan normal berikutnya. Yakni ketika organisasi merancang infrastruktur mereka untuk mendukung karyawan bekerja dari jarak jauh dan menavigasi lanskap bisnis yang dinamis untuk kelangsungan bisnis. (ryn)
Baca Juga:
Tempat Tidur Pintar dengan Teknologi AI, Bikin Si Kecil Lebih Nyenyak