Tren Baju Kusut dari Catwalk di Paris dan Milan
Rabu, 05 Oktober 2022 -
ADA tren baru yang ditawarkan dunia mode: baju kusut. Sudah pasti, tren ini akan disukai kamu yang malas menyetrika. Dari panggung catwalk di Paris, selama seminggu terakhir berseliweran baju-baju kusut, lecek nan penuh kerutan.
The Row, jenama fesyen yang dirancang Mary-Kate dan Ashley Olsen menampilkan busana dari bahan katun lecek dengan potongan yang terlihat seperti seprai. Sementara itu, pertunjukan Burberry pada pekan lalu menampilkan slip dress penuh kerutan.
BACA JUGA:
Katie Holmes Tampil Menawan dengan Dress Boho Chic di Paris Fashion Week
Bahkan dalam pertunjukan yang menjadi hit di Paris Fashion Week musim ini, Bottega Veneta yang berhasil membawa Kate Moss kembali berjalan di atas catwalk menampilkan rancangan celana panjang yang terbuat dari kulit tipis dengan lipatan dan kerutan yang sangat mencolok.

Dari Milan, ada Prada, jenama yang selalu menentukan tren. Sepanjang koleksi, lipatan dan kerutan tampak pada pakaian, mulai dari short shift dress dan midi skirt. Koleksi Milan Fashion Week (MFW) Spring/Summer 2023 (SS23) dari Prada itu benar-benar memastikan bahwa busana serbalecek dan kusut akan menjadi tren yang perlu diperhatikan.
Setelah pertunjukan, co-desainer Prada Raf Simons mengatakan kepada Observer bahwa lipatannya adalah "gestur eror" yang dirancang untuk mencipta ulang potongan busana yang lebih hidup. Konsep itu selaras dengan pergeseran mode dunia secara luas pascapandemi yang jauh dari kilau kesempurnaan dan menuju sesuatu yang merangkul realitas yang penuh ketidaksempurnaan.
Stylist Gary Armstrong yang juga direktur mode majalah Circle Zero Eight dari Inggris mengaku tidak memiliki setrika dan menyebut menyetrika buang-buang waktu. Dia melihat tampilan semacam itu, terutama merujuk pada koleksi The Row, juga memiliki sisi elegan tapi sederhana.
BACA JUGA:
Jisoo BLACKPINK Jadi Rebutan Merek Fashion dan Perhiasan Dunia
“Tampilan yang acak-acakan tapi sangat mahal ini adalah bagaimana seseorang menunjukkan bahwa mereka kaya,” katanya seperti diberitakan The Guardian (2/10).
Dia menambahkan bahwa itu merupakan inti dari gaya si kembar Olsens berpakaian, “Desainer seperti Tom Ford, di mana semuanya super sempurna, rasanya sangat ketinggalan zaman.”
Armstrong mengiyakan bahwa perubahan itu sebagian akibat pandemi, “Orang-orang terbiasa lebih nyaman dengan pakaian rumahan. Mereka tidak ingin merasa seperti benar-benar kaku.”
Tentu saja tidak semua orang akan tertarik mengikuti tren baju kusut itu. Namun, ketidakrelevanan setrika juga semakin meningkat berkat popularitas kemeja laki-laki non-iron atau tidak perlu disetrika dari jenama seperti Lululemon, Marks & Spencer, Uniqlo, TM Lewin dan Charles Tyrwhitt.
Chief marketing officer Joe Irons ddari retail busana Charles Tyrwhitt di London mengatakan, pria menginginkan kehidupan yang mudah dan bahwa produk non-iron makin meningkat pesat dari sebelumnya.

"Dan, 93 persen dari semua smart shirts kami sekarang non-iron. Kami juga telah melihat ledakan dalam penjualan celana panjang chino non-iron, dengan 80 persen penjualan chino sekarang non-iron," ujar Joe Irons.
Marks & Spencer pertama kali memasuki pasar dengan inovasi non-iron pada tahun 1996 untuk kemeja yang tidak perlu disetrika pertama. Head of menswear buyer Alex Dimitriu M&S mengatakan, sekarang produk tersebut merupakan jajaran kemeja formal terlaris.
“Pascapandemi, kami menilai kembali bagaimana pelanggan hidup dan bekerja. Inovasi yang mudah disetrika dan tidak perlu disetrika ini melengkapi gaya hidup yang selalu sibuk,” ujarnya.
Baik itu untuk mengikuti tren mode atau menghemat waktu di pagi hari sebelum bekerja, diperkirakan setrika kamu akan semakin jarang digunakan ke depannya.(aru)
BACA JUGA: