Tak Kalah Canggih dari Kamera IMAX, Kamera Buatan Tiongkok Dipakai untuk 'MI7'

Jumat, 21 Juli 2023 - Hendaru Tri Hanggoro

FILM Mission imposible yang dibintangi oleh Tom Cruise selalu menghadirkan adegan-adegan menawan, melampaui harapan, dan akal sehat. Kebanyakan film aksi menggunakan kamera IMAX untuk menghasilkan gambar yang tajam, luas, dan warna yang indah.

IMAX atau image maximum adalah format film 70mm yang dibuat oleh perusahaan di Kanada, IMAX Corporation. Format film ini muncul pada akhir 1960-an.

Sebelumnya,hanya sedikit sutradara Hollywood yang menggunakan teknologi IMAX. Sebab, pembuatan IMAX harus menggunakan kamera khusus berharga mahal, sekira 500 ribu USD atau setara Rp 7,5 miliar. Meski mahal, film dengan teknologi IMAX sekarang menjadi standar baru dalam perfilman Hollywood.

Sebagai medium menonton, IMAX dianggap cara paling baik untuk menonton film dengan sensasi yang berbeda. Menawarkan kualitas audio-visual yang tak tertandingi, layar bioskop yang lebih besar dan sistem suara dengan standar tinggi memungkinkan IMAX menarik perhatian penonton.

Baca juga:

Gunakan Teknologi IMAX, 'Oppenheimer' Hadirkan Pengalaman Sinematik Mendalam

Namun, pembuatan seri Mission Imposible 7 atau MI7 agak berbeda. Film tak hanya menggunakan kamera IMAX, melainkan juga kamera canggih Z CAM E2-F6 buatan Tiongok. Beberapa adegan aksi MI7 direkam menggunakan kamera ini.

"Model utama Z CAM yang digunakan pada MI-7 adalah Z CAM E2-F6. Kamera digunakan untuk pengejaran mobil, tabrakan kereta api sungguhan, dan aksi terjun payung motorcross yang terkenal. Ini adalah aksi yang sangat rumit. Bahkan, Tom Cruise berlatih lebih dari 500 kali terjun payung dan lebih dari 13.000 kali lompatan motorcross untuk melakukannya secara akurat," tulis petapixel.com, mengutip YM Cinema.

Bentuk kamera sangat ringkas, tetapi memiliki performa tinggi. Meski begitu, harganya jauh di bawah kamera IMAX. Kamera ini dihargai 3.000 USD atau setara Rp 45 juta.

Z CAM bukanlah merek baru, tapi baru kali ini merek ini dipakai untuk kebutuhan produksi besar. Perusahaan kamera ini berdiri pada 2015. Sebermula mereka membuat kamera virtual reality.

Kemudian pada 2018, perusahaan ini meluncurkan Z CAM E2 sebagai kamera beresolusi 4K dengan harga yang murah dan dapat merekam video 160 fps dengan range warna 10 bit.

Kamera ini meledak di pasar pembuat film. Menyusul sukses tersebut, perusahaan meluncurkan penerusnya, termasuk Z CAM E2-F8 yang mampu merekam video beresolusi 8K.

Baca juga:

Christopher Nolan Ajak Moviegoers Saksikan 'Oppenheimer' di IMAX

Meskipun para pembuat film independen sudah menggunakan kamera ini, perusahaan mendapatkan prestasi besarnya sejak kamera E2-F6 digunakan untuk merekam beberapa aksi dalam Mission Impossible: Dead Reckoning Part 1.

Kru film lebih memilih Z CAM yang ringkas dan terjangkau untuk digunakan sebagai “crash camera”, atau kamera yang digunakan untuk adegan berbahaya dan beresiko, daripada menggunakan kamera IMAX.

Sebenarnya tim produksi Mission Impossible bisa saja memilih RED Komodo karena ukurannya yang mirip, tetapi kru memerlukan kamera full frame.

Sementara kamera Red Komodo berspesifikasi 35mm atau bisa di sebut APS-C. Sementara E2-F6 full frame, kecil, dan terjangkau sehingga sesuai dengan kebutuhan kru pembuatan film.

Model standar E2-F6 bisa merekam full frame 12 bit ProRes RAW via HDMI ke monitor Atomos NInja V. Kamera ini dapat merekam footage 6K hingga 60 fps dan 4K hingga 120 fps. (aqb)

Baca juga:

Eksklusif, IMAX Rilis Konser Legendaris The Beatles

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan