Susah-Payah Soebardjo Menjemput Sukarno-Hatta
Minggu, 16 Agustus 2020 -
SOEBARDJO setengah lega begitu tahu lokasi penculikan Sukarno-Hatta. Ia langsung mengajak Soediro menjemput Dwi Tunggal.
Tepat pukul 4 sore, mobil Skoda tua dengan ban-ban sudah halus meluncur. Jusuf Kunto duduk di sebelah pengemudi. Sementara Soebardjo dan Soediro di jok belakang.
Baca juga: Peristiwa Rengasdengklok, Kemelut Jelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Skoda melaju cepat menuju arah Karawang. Mobil berhenti ketika Kunto memerintahkan kemudian terlihat dua atau tiga kali berbicara dengan orang berseragam PETA (Pembela Tanah Air) mengonfirmasi sandi.
Namun, ketika sudah berada dekat Rengasdengklok ban mobil pecah, kemudian menjelang gelap mobil masuk Karawang, lalu berbelok ke pendapa kawedanan markas PETA.
"Eh, Sukarni kok di sini?" tanya Soebarjdo kepada pemuda berseragam menyambut dirinya. "Kamu telah menyulitkan kerja kita dengan menculik Sukarno dan Hatta ke tempat ini. Kami telah berada di puncak untuk memproklamasikan kemerdekaan kita!".

"Maaf," jawab Sukarni dengan nada getir. "Tindakan ini bukan prakarsa pribadi. Saya adalah abdi revolusi kita. Saya hanya memenuhi tugas yang dibebankan pada diri saya".
Soebardjo dibawa menemui Mayor Subeno untuk diinterogasi sekaligus meminta jaminan secepatnya proklamasi kemerdekaan diumumkan bahkan dilaksanakan saat itu juga.
Namun, permintaan tersebut ditolak Soebardjo karena tak masuk akal.
"Bagaimana kalau pukul 06.00 pagi besok?" tanya Subeno.
"Saya akan berusaha sedapat-dapatnya. Kami mungkin selesai pukul 06.00. Tetapi menjelang tengah hari besok kami pasti telah siap," jawab Soebardjo.
Baca juga: Menelusuri Jejak Proklamasi lewat Museum di Kota Jakarta
"Jika tidak, bagaimana?" tanya Subeno.
"Mayor, jika segala sesuatunya gagal, sayalah yang memikul tanggung jawabnya dan Mayor boleh tembak mati saya," kata Soebardjo dengan nada tegas.
Tak disangka jaminan tersebut membuat Subeno puas. Soebardjo pun akhirnya dipertemukan dengan Sukarno dan Hatta. Mereka kemudian berkumpul di depan pendapa dan telah siap tiga buah mobil menunggu, termasuk Skoda tua milik Soebardjo.
Tepat jam 9 malam, rombongan mulai bergerak menuju Jakarta. Di mobil, Sukarni duduk antara Soebardjo dan pengemudi. Sedangkan di jok belakang Sukarno, Fatmawati, dan Guntur bayi.

Ketika melewati Klender, kobaran api terlihat dari kejahuan. Sukarni mulai gelisah dan gemetar. Pistolnya digerak-gerakkan dengan tangan siap menembak.
"Nah, sekarang mulailah revolusi kita dan rakyat sedang bergerak menuju Jakarta untuk membakar kota. Marilah kita kembali ke Rengasdengklok dan memproklamirkan kemerdekaan di sana saja," kata Sukarni.
Akhirnya tepat jam 8 malam, mereka tiba di Jakarta. Rombongan menuju rumah Bung Hatta. Setelah sampai, Fatmawati menelepon orang rumah untuk dijemput. Sementara, Bung Karno dan Bung Hatta pergi ke rumah Laksamana Maeda untuk mengadakan rapat.
Di tempat itulah, semalam suntuk terjadi pergumulan penting nanti menentukan nasib Indonesia. (*)
Baca juga: Melongok Tarik-Ulur Kesepakatan Proklamasi di Rengasdengklok