Peristiwa Rengasdengklok, Kemelut Jelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Altar ruang tamu rumah Rengasdengklok, saksi bisu sejarah Proklamasi RI (Foto: wikipedia)
MerahPutih Nasional - Usai berdiskusi dengan Ibrahim Datuk Tan Malaka beberapa pemuda revolusioner Chaerul Saleh, Sukarni dan Wikana semakin terbakar gelora kepahlawanannya.
Seperti dirangkum dari berbagai sumber seperti buku karya Cindy Adams, bersama dengan Shodanco Singgih salah seorang anggota PETA dan para pemuda lain, kelompok pemuda revolusioner dari perkumpulan Menteng 31 nekat menculik Sukarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan juga Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat pada tanggal 16 Agustus 1945. Peristiwa itulah yang dikenal luas sebagai Peristiwa Rengasdengklok.
Para pemuda revolusioner tersebut nekat menculik kedua tokoh pergerakan nasional dan mendesak segera dilakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Desakan Indonesia segera merdeka dipicu kekalahan Tentara Jepang dalam perang Asia Pasifik dan serangan tentara sekutu yang meluluhlantahkan kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1946 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945.
Usai menculik kedua tokoh pergerakan nasional, para pemuda revolusioner berunding dengan Mr Achmad Subarjo seorang tokoh tua. Usai berunding maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Mr Ahmad Soebarjo menjemput Sukarno dan Hatta.
Usai tiba di Jakarta rangkaian rapat dan perumusan persiapan Indonesia merdeka terus dilakukan. Perumusan teks proklmasi sendiri berjalan alot, perdebatan antara generasi muda dan generasi tua tidak terhindarkan. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Sukarno, M Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, BM Diah, Sudiro dan Sayuti Melik.
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti Malik menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Sukarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl Proklamasi no 1).
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Bung Karno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Sukarno dan M Hatta terpilih atas usul dari Otto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional. (bhd)
Bagikan
Berita Terkait
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali

Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar

Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis

AKSI Kritik Proyek Penulisan Ulang 'Sejarah Resmi', Disebut sebagai 'Kebijakan Otoriter untuk Legitimasi Kekuasaan'

Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui

Sultanah Nahrasiyah, Jejak Perempuan Pemimpin dari Samudra Pasai

Petualangan Waktu ke Samudra Pasai, Melihat Kehidupan Masyarakat Pesisir di Kerajaan Besar Bercorak Islam di Sumatera

Sejarah Libur Panjang Ramadan Anak Sekolah Masa Kolonial, Kisah-Kisah Seru Mengisi Waktu Libur

Menelusuri Perbedaan Penentuan Awal Puasa di Indonesia: Sejarah, Tradisi, dan Keberagaman
