Suku Baduy dalam Kepungan Modernitas
Kamis, 17 Maret 2016 -
MerahPutih Budaya - Suku Baduy di Provinsi Banten hidup secara tradisional dengan memegang teguh keyakinan adat dan petitih buyut (petuah leluhur). Masyarakat tradisional di terletak di Kabupaten Lebak ini membatasi diri dari perkembangan zaman demi menjaga amanat buyut, bukan sebagai suku terasing.
Akan tetapi dalam perkembangannya, banyak kebutuhan timbul dan mendorong perubahan pola hidup. Salah satu faktor adalah ramainya wisatawan berkunjung ke Baduy, sehingga memberi dampak yang kuat terhadap pengikisan budaya dan pola hidup mereka.
Dari pengamatan merahputih.com, bentuk pergeseran tampak dari gaya hidup, handphone sebagai kebutuhan kedua, memiliki kendaraan bermotor, dan tata berpakaian tidak lagi mengenakan baju adat Baduy. Penggunaan barang-barang yang seharusnya dilarang oleh adat sudah menjadi hal yang lumrah dan terkesan biasa. Modernisasi memengaruhi segenap lapisan sosial masyarakat Baduy, khususnya masyarakat Baduy Luar yang berbatasan langsung dengan masyarakat biasa. Ditambah beberapa program pemerintah merangkak masuk lebih jauh, membuat mereka leluasa untuk bersikap kekinian.
Masyarakat yang datang dituntut untuk cerdas. Bukan saja kerja budayawan, seniman, atau seluruh lembaga yang bersinggungan, akan tetapi semua lapisan masyarakat harus mampu memberikan kemerdekaan hidup secara adat.
Aturan menjadi sesuatu yang usang dan bahkan nyaris hilang. "Panjang tidak boleh dipotong" sekarang sudah mulai dipotong, "pendek tidak boleh disambung" sekarang sudah mulai disambung, yang bukan harus ditiadakan sekarang sudah mulai diadakan, yang jangan harus dilarang sekarang sudah mulai dilarang, yang benar harus dibenarkan sekarang sudah mulai tidak dibenarkan. Semua hal tersebut tidak mesti terjadi. (dul)
BACA JUGA:
