Sekelompok Mantan Pegawai OpenAI Dukung Gugatan Elon Musk terhadap Perusahaan Tersebut, Cegah Dihapusnya Misi Non-Profit

Sabtu, 12 April 2025 - Hendaru Tri Hanggoro

MerahPutih.com - Sekelompok mantan karyawan OpenAI mendukung gugatan Elon Musk yang ingin mempertahankan status non-profit OpenAI.

Gugatan ini adalah babak terbaru dalam perseteruan seputar masa depan perusahaan akal imitasi (artificial intelligence) tersebut.

Para pemimpin perusahaan ingin memberi kendali kepada investor sehingga memicu kekhawatiran dan gugatan dari Musk dan sejumlah orang lainnya.

Mereka menegaskan bahwa kepentingan bisnis harus di bawah tujuan kemanusiaan.

"Tahun lalu, Musk, yang juga CEO Tesla, menggugat OpenAI dan CEO-nya, Sam Altman. Ia menuduh mereka menyimpang dari misi awal untuk mengembangkan AI demi kebaikan umat manusia, bukan keuntungan korporat," tulis reuters.com (12/4).

OpenAI dan Altman menolak tuduhan ini mentah-mentah.

Baca juga:

OpenAI Siap Debut Iklan Pertama di Super Bowl, Gelontorkan Rp 120 M untuk 30 Detik!

Dalam pengajuan ke pengadilan federal, mantan pegawai OpenAI menyatakan bahwa menghapus peran pengendali non-profit akan "melanggar secara mendasar" misi perusahaan.

Mereka menekankan bahwa pengawasan non-profit adalah kunci strategi keseluruhan OpenAI.

Banyak karyawan bergabung karena terinspirasi oleh misi non-profit ini.

OpenAI berargumen bahwa perubahan struktur diperlukan untuk mengumpulkan dana dari investor. Non-profit akan tetap memiliki saham di OpenAI, yang nilainya akan meningkat seiring pertumbuhan perusahaan.

OpenAI menyatakan, “Dewan kami sangat jelas: non-profit kami tidak akan kemana-mana dan misi kami akan tetap sama.”

Musk dan Altman mendirikan OpenAI pada 2015, tetapi Musk keluar sebelum perusahaan menjadi terkenal. Kini, Musk menentang perubahan struktur ini dan persidangan juri dijadwalkan musim semi tahun depan.

Musk lalu mendirikan perusahaan AI-nya sendiri, xAI, pada 2023.

Sementara itu, OpenAI menghadapi tekanan investor untuk mengubah strukturnya demi mengamankan pendanaan Rp 600 triliun (sekitar USD 40 miliar) sebelum akhir tahun. (*)

Baca juga:

Menilik OpenAI, Induk dari Bermacam Platform AI Populer

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan