Sejarah Peringatan Malam Nisfu Sya'ban di Dunia Islam
Sabtu, 24 Februari 2024 -
MerahPutih.com - Malam nanti, Sabtu (24/2), bertepatan dengan peringatan malam Nisfu Sya'ban. Malam ini lazim diperingati oleh sebagian besar Umat Islam di Indonesia.
'Sya’ban' dalam bahasa Arab berasal dari kata 'syi’ab', artinya jalan di atas gunung. Islam kemudian memanfaatkan bulan Sya’ban sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan, demi mencapai kebaikan.
Bulan Sya’ban terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Melansir NUonline, peringatan Nisfu Sya'ban telah dimulai sejak masa ulama Tabi'in (632-750 M) di daerah Syam (sekarang Lebanon, Suriah, Yordania, dan Palestina). Ini berarti peringatan malam Nisfu Sya'ban belum ada pada zaman Rasulullah dan Sahabat.
Baca juga:
Hadiri Malam Nisfu Sya'ban, Kondisi Sandiaga Berangsur Pulih
Keterangan ini tersua dalam kitab Al-Mawahib Al-Laduniyah karya Al-Imam Al-Qasthalani (wafat 923 H).
"Tabi'in tanah Syam seperti Khalid bin Ma'dan dan Makhul, mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam Nisfu Sya'ban. Nah, dari mereka inilah orang-orang kemudian ikut mengagungkan malam Nisfu Sya'ban," tulis kitab tersebut seperti dikutip nu.or.id.
Ketika perayaan malam Nisfu Sya'ban viral, orang-orang berbeda pandangan menanggangapinya. Sebagian menerima, dan sebagian lain mengingkarinya. Mereka yang memgingkari adalah mayoritas ulama Hijaz, termasuk dari mereka Atha' dan Ibnu Abi Malikah.
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari kalangan fuqaha' Madinah menukil pendapat bahwa perayanan malam Nisfu Sya'ban seluruhnya adalah bid'ah (ibadah yang dibuat-buat).
Peringatan malam Nisfu Sya'ban yang kini diamalkan itu dasarnya adalah mengikuti perbuatan segolongan ulama Tabi'in negeri Syam atau kini dikenal dengan negara Suriah. (dru)
Baca juga:
Tiga Amalan Utama pada Malam Nisfu Sya’ban yang Sayang Dilewatkan