SBY : 10 Hal Reformasi harus Terjadi

Rabu, 10 Desember 2014 - Aang Sunadji

MerahPutih Nasional- Mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan ada proses panjang mengenai reformasi yang terjadi sekarang ini. Reformasi merupakan sejarah yang akan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik di masa depan. Karena itulah semua elemen masyarakat harus mendapatkan hak demokrasinya. Inilah yang diungkapkan SBY di depan mahasiswa UIN Jakarta.  

SBY yang tadi pagi, Rabu (10/12) menjadi dosen tamu di UIN memberikan pandangan terhadap reformasi. Reformasi tak seharusnya sama dengan revolusi. Sebab, revolusi kerap menjadikan demokrasi hanya mengganti (pemerintahan).

"Reform its not revolution. Koreksi perubahan, perbaikan yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Bahkan reformasi itu hakikatnya kesinambungan dan perubahan, continuity and change. Karena itu, reformasi tak boleh mengganti dan menjebol, kerangka bernegara dari sebuah bangsa," paparnya.

Menurut SBY, ada 10 hal yang menjadi catatannya mengenai reformasi. Pertama, kekuasaan yang relatif absolut, lama, dan bahkan eksesif. Kedua, demokrasi yang lemah, dan kurang untuk menyampaikan kebebasan, dan ekspresi. Ketiga, konsentrasi kekuasaan yang terpusat. Terlalu sentralistik. Empat, eksekutif yang terlalu kuat, dan legislatif yang terlalu lemah. Sehingga tidak terjadi check and balances secara kokoh. Lima, peran militer di politik yang dirasakan berlebihan dan eksesif.

Keenam, dominasi parpol pemerintah, saat itu terlalu dominan dan tak adil untuk parpol lain.
Tujuh, pemilu yang jauh dari free and fair election. Delapan, lemahnya pemberatasan korupsi, dan membuat seolah-olah negara permisif. Sembilan, dominasi bisnis dari kalangan tertentu terutama yang dekat dengan kekuasaan. Dan terakhir, cara penegakan stabilitas dan keamanan yang represif dan eksesif. (ALF)

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan