Sardono's Retrospective, Sulap Pabrik Gula Jadi Arena Budaya
Selasa, 17 November 2015 -
MerahPutih Budaya - Bakti Budaya Djarum Foundation bersama Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dukung penyelenggaraan pagelaran kebudayan dalam program Sardono's Retrospective yang akan diselenggarakan pada tanggal 20 sampai dengan 22 November 2015, di lokasi yang dahulu merupakan Pabrik Gula Colomandu, Solo, Jawa Tengah.
Dipilihnya area Pabrik Gula Colomandu bukan tanpa alasan. Salah satunya adalah karena pabrik tersebut merupakan peninggalan sejanya arah yang didirikan pada tahun 1861 oleh Mangkunegoro IV. Pabrik ini telah menjadi suatu ikon perubahan ekonomi dari pertanian yang berbasis sawah pada sebuah industry perkebunan.
Saat ini pabrik Gula Colomadu sudah tidak lagi produktif. Namun masih menyimpan cerita sejarah dengan artefak yang memiliki nilai struktur dan visual yang sangat solid dan gigantic karena terdiri dari mesin produksi gula yang terbuat dari logam. Bentuk-bentuk dasar seperti roda-roda dari metal baja yang gigantic mengesankan sebuah mesin waktu, yang mengingatkan pada awal industrialisasi abad 16 membawa kemakmuran sekaligus sebuah tragedi kemanusiaan.
Makna sejarah dan estetika dari Pabrik Gula Colomadu ini sangat mengundang rasa ingin tahu. Sehingga memiliki daya tarik yang menginspirasi apabila ditranformasikan sebagai ruang performatif. Oleh sebab itu, pertunjukan kebudayaan sebagai persiapan menuju Singapore International Festival of Arts (SIFA) tahun 2016 ditempatkan di pabrik tersebut.
Dalam penyelenggaraan yang akan menampilkan gerak-gerak dari aktor dan penari, serta penyanyi yang memenuhi ruang mesin-mesin di Pabrik Colomadu. Pertunjukan tersebut akan diisi dengan Penari Papua,
Penari Serimpi, Penari Hip Hop, Komputerisasi Musik Elektronik, dan pemutaran film. Di halaman pabrik juga akan ditampilkan pameran kerajinan, dan berbagai industri dari masyarakat Kabupaten Karang Anyar.
Pagelaran kebudayaan yang diinisiasi oleh Sardono W. Kusumo akan mengangkat karya-karya besar yang telah hidup selama puluhan tahun Sardono berkarya, mulai dari karya film yang melahirkan bentuk baru yaitu Expanded Cinema, pertunjukan sambil melukis, pameran lukisan (lukisan bukan sebagai lukisan, tetapi sebagai dekorasi besar), sistem pendidikan ketubuhan yang hingga saat ini masih diterapkan oleh lembaga pendidikan di seni di Singapura, dan workshop dari seluruh alumni yang pernah belajar dari Sardono W. Kusumo.
BACA JUGA: