Risiko Kutil Kelamin pada Bayi
Jumat, 29 Maret 2019 -
ORGAN genital adalah bagian tubuh yang paling sering diabaikan. Padahal, bagian tubuh yang jarang terekspos tersebut juga rentan terserang penyakit. Salah satu penyakit yang bisa menyerang organ kelamin adalah kutil kelamin.
Kutil kelamin atau genital warts adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe 6, 11, 30, 42, 43, 44, 45, 51, 52, dan 54. “Siapa pun yang aktif secara seksual beresiko tertular HPV bahkan jika berhubungan seks hanya dengan satu orang. Seseorang bisa tertular HPV melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral dengan seseorang yang sudah terinveksi virus,” ujar dokter kulit dan kelamin, dr. Dian Pratiwi, SpKK, FINSSDV, FAADV.

Pada beberapa kasus, infeksi kutil kelamin bisa ditularkan tanpa melalui kontak seksual loh. Misalnya pada saat persalinan. “Saat persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina. Pada saat itu ada kontak antara ibu dan anak. Jika ibunya menderita kutil kelamin maka anaknya berpotensi memiliki kutil kelamin juga,” terang dokter kulit dan kelamin, dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV.

Banyak calon ibu yang menunda terapi untuk menyembuhkan kutil kelaminnya. Mereka berpikir, perawatan yang akan mereka dapatkan akan berpengaruh pada janin yang dikandung. “Perawatan hanya di kulit kelamin saja. Jadi tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan janin,” jelas Dokter Anthony.

Ia menjelaskan, treatment untuk penderita kutil kelamin yang sedang mengandung bisa dimulai kapan saja baik di trimester pertama, kedua atau bahkan ketiga. “Idealnya treatment dilakukan tiga bulan sebelum melahirkan,” ucapnya. Sebelum memulai terapi penyembuhan, dokter kulit dan kelamin akan berdiskusi terlebih dahulu dengan dokter kandungan yang menangani si ibu.
“Biasanya ada pembicaraan dulu sebelumnya dengan dokter kandungan misalnya memberi tahu treatment apa saja yang akan dilakukan pada si ibu, efeknya dan lain sebagainya,” tuturnya. Si ibu juga harus lebih mengenali dirinya dan tanda-tanda kutil kelamin untuk mempermudah penanganan. “Semakin dini terdeteksi semakin baik,” tukasnya.(avia)