Rampak Bedug Jadi Simbol Kesenian Pandeglang

Kamis, 09 Juni 2016 - Selvi Purwanti

MerahPutih Budaya - Bedug, bagi masyarakat Pandeglang Banten memiliki arti lebih dari sekadar alat musik perkusi. Masyarakat seni Pandeglang mengolah bedug menjadi simbol kedaerahan, membawa visi misi dengan kreasi seni yang berkesan bagi semua yang menyaksikan kesenian rampak bedug.

Awal tahun 1980-an bedug mulai dikreasikan, yang semula hanya nganjor (bermain) bedug dengan tetabuhan seadanya. “Bedug dipikul dibawa keperbatasan kampung sebelah dan dimainkan untuk membangunkan sahur” jelas Endang Suhendar, pimpinan sanggar saung Seni Cikondang kepada merahputih.com, Kamis (9/6).

Perkembangan seni bedug terus berkembang, semula nganjor menjadi ngadu bedug (saling berbalas bunyi bedug) dimainkan kala Ramadan tiba oleh anak-anak disurau menunggu berbuka puasa, setelah salat tarawih, dan ketika malam takbir.

Perkembangan tersebut dirasa belum sempurna, “Haji Ilen tokoh seniman Pandeglang. Memberi sentuhan tari, musik pendukung lain, dan kostum yang memunculkan keislamian. Dan hasilnya rampak bedug berkembang sampai hari ini dan diadopsi banyak seniman, bahkan dijadikan muatan lokal Provinsi Banten pelajaran seni budaya di Sekolah tingkat menengah atas” tambahnya.

Masyarakat seni Pandeglang menunjukan betapa seni itu luhung sebagaimana fitrahnya, seni diciptakan demi mengisi kekosongan estetika dalam hidup manusia. (Dul)

BACA JUGA:

  1. Warga Inggris Tertarik Dalami Budaya Cirebon
  2. Festival Seni dan Budaya Semarang 2016 Bidik 2.000 Pengunjung
  3. Tembi Rumah Budaya Selenggarakan Festival Musik Tembi Ke-6
  4. UNESCO Desak Pemerintah Jadikan Seba Baduy Sebagai Warisan Budaya Dunia
  5. Unik! Gelar Budaya Depok 2016 Dibuka dengan Mengaduk Dodol

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan