Propaganda Foto Telanjang Perempuan Bumiputera
Selasa, 29 Agustus 2017 -
Bugil, ketelanjangan, sempat menjadi perbincangan hangat warganet paska-seorang pria tanpa busana berusaha menerobos masuk Istana Negara, Jakarta, Senin (28/8). Video pria berinisial B bugil berteriak “saya mau kawin!” sedang dihadang petugas istana tersebut langsung viral di media sosial.
Urusan ketelanjangan memang cepat mendapat perhatian. Apalagi bila ketelanjangan bersinggungan dengan kekuasaan.
Di masa lalu, Pemerintah Belanda, tulis Achmad Sunjayadi pada “Mengabadikan Estetika Fotografi dalam Promosi Pariwisata Kolonial di Hindia-Belanda” Jurnal Wacana Vol.10 No.2 (2008), membuat propaganda foto-foto telanjang perempuan bumiputera pada tahun 1887 untuk menarik minat para pemuda di negeri Belanda agar mendaftarkan diri menjadi prajurit cadangan di Hindia-Belanda.
“Tentu saja gambar-gambar itu mendapat antusias, termasuk salah seorang pemuda, Alexander Cohan, ” tulis Sunjayadi.
Impian Alexander Cohan (1864-1961) menatap perempuan telanjang secara langsung terkabul, meski harus menjadi tentara cadangan.
Sial bagi Cohan, iming-iming surgawi tentang foto-foto tersebut sirna. “Gambar-gambar perempuan pribumi telanjang itu hanya rekayasa juru potret,” tulis Sunjayadi.
Melalui surat-surat bersambung, kemudian diterbitkan di mingguan Groninger Weekblad edisi Juni hingga Agustus 1887, Cohan mengungkapkan kekesalannya terhadap propaganda tersebut dan merasa tertipu dengan janji-janji surga pemerintah Belanda.
Cohen menceritakan bahwa potret-potret perempuan pribumi separuh telanjang atau telanjang itu dibuat di studio dengan mengambil model para prostitusi. “Mereka berpose dengan gaya menantang dan vulgar,” ungkap Cohen.
Para model tersebut, lanjut Cohen, berbaring atau berdiri dengan gaya-gaya paling disukai pria, dengan pandangan mata nakal ke arah kamera.
“Ada pula juga model menatap kamera dengan malu-malu atau takut-takut seolah-olah melihat senjata diarahkan pada dirinya”. (*)