Propaganda Foto Telanjang Perempuan Bumiputera


Pose setengah telanjang perempuan Indonesia di studio foto. (geheugenvannederland)
Bugil, ketelanjangan, sempat menjadi perbincangan hangat warganet paska-seorang pria tanpa busana berusaha menerobos masuk Istana Negara, Jakarta, Senin (28/8). Video pria berinisial B bugil berteriak “saya mau kawin!” sedang dihadang petugas istana tersebut langsung viral di media sosial.
Urusan ketelanjangan memang cepat mendapat perhatian. Apalagi bila ketelanjangan bersinggungan dengan kekuasaan.
Di masa lalu, Pemerintah Belanda, tulis Achmad Sunjayadi pada “Mengabadikan Estetika Fotografi dalam Promosi Pariwisata Kolonial di Hindia-Belanda” Jurnal Wacana Vol.10 No.2 (2008), membuat propaganda foto-foto telanjang perempuan bumiputera pada tahun 1887 untuk menarik minat para pemuda di negeri Belanda agar mendaftarkan diri menjadi prajurit cadangan di Hindia-Belanda.
“Tentu saja gambar-gambar itu mendapat antusias, termasuk salah seorang pemuda, Alexander Cohan, ” tulis Sunjayadi.
Impian Alexander Cohan (1864-1961) menatap perempuan telanjang secara langsung terkabul, meski harus menjadi tentara cadangan.
Sial bagi Cohan, iming-iming surgawi tentang foto-foto tersebut sirna. “Gambar-gambar perempuan pribumi telanjang itu hanya rekayasa juru potret,” tulis Sunjayadi.
Melalui surat-surat bersambung, kemudian diterbitkan di mingguan Groninger Weekblad edisi Juni hingga Agustus 1887, Cohan mengungkapkan kekesalannya terhadap propaganda tersebut dan merasa tertipu dengan janji-janji surga pemerintah Belanda.
Cohen menceritakan bahwa potret-potret perempuan pribumi separuh telanjang atau telanjang itu dibuat di studio dengan mengambil model para prostitusi. “Mereka berpose dengan gaya menantang dan vulgar,” ungkap Cohen.
Para model tersebut, lanjut Cohen, berbaring atau berdiri dengan gaya-gaya paling disukai pria, dengan pandangan mata nakal ke arah kamera.
“Ada pula juga model menatap kamera dengan malu-malu atau takut-takut seolah-olah melihat senjata diarahkan pada dirinya”. (*)
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali

Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar

Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis

AKSI Kritik Proyek Penulisan Ulang 'Sejarah Resmi', Disebut sebagai 'Kebijakan Otoriter untuk Legitimasi Kekuasaan'

Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui

Sultanah Nahrasiyah, Jejak Perempuan Pemimpin dari Samudra Pasai

Petualangan Waktu ke Samudra Pasai, Melihat Kehidupan Masyarakat Pesisir di Kerajaan Besar Bercorak Islam di Sumatera

Sejarah Libur Panjang Ramadan Anak Sekolah Masa Kolonial, Kisah-Kisah Seru Mengisi Waktu Libur

Menelusuri Perbedaan Penentuan Awal Puasa di Indonesia: Sejarah, Tradisi, dan Keberagaman
