Potensi Pertumbuhan Handset 5G di Indonesia
Kamis, 28 Oktober 2021 -
ERA pandemi nyatanya turut mendorong tingkat adopsi 5G begitu cepat di Indonesia. Sejarah mencatat, Telkomsel pada awal 2021 membuka pintu gerbang 5G di Tanah Air, jejaknya disusul Indosat Ooredoo dan juga XL Axiata. Tidak dipungkiri cepat atau lambat, operator lain seperti Smartfren bakal turut mengelar layanan jaringan super cepat tersebut.
Dalam gelaran Indonesia 5G Conference, sesi I yang mengambil tema 'Eksplorasi Teknologi dan Kasus Penggunaan (use case) Layanan 5G di Berbagai Industri' ini setidaknya membuka pandangan kita mengenai potensi 5G sebagai penggerak roda industri.
Baca Juga:
Internet 5G, Operator Diingatkan Tingkatkan Keamanan Jaringan
Shurish Subbramaniam, Chief Technology Officer Smartfren dalam sesi tersebut memaparkan, 5G dengan kapasitas yang dimiliki akan menciptakan industri bergerak jauh ke depan.
"Speed yang dihasilkan sangat cepat, dan very low latency, sehingga untuk mengaplikasikan robot geraknya akan baik karena tidak akan ada delay. Hal ini sangat baik untuk industri, karena otomatisasi di sisi manufakturing akan berjalan jauh lebih sempurna," terang Shurish, Selasa (26/10).

Kendati demikian, tantangan untuk menggelar 5G yang ideal bagi industri masih terganjal dengan ketersediaan spektrum yang memadai. Shurish dalam hal ini menekankan soal spaktrum ideal 5G yang belum hadir di Indonesia.
"Spektrum 3,5 GHz, 2,6 GHz, atau frekuensi milimeter wave sangat dibutuhkan bagi ekosistem industri. Saya yakin pemerintah sedang bekerja keras untuk menghadirkan spektrum yang ideal bagi 5G di Indonesia," lanjutnya.
Baca Juga:
Sementara itu, Indra Mardiatna, Vice President Technology Strategy Telkomsel yang hadir dalam ajang tersebut juga menjelaskan sejauh ini spektum 5G memang belum ideal. Namun, bukan berarti tidak bisa digelar karena 5G akan lebih efisien dibandingkan 4G.

Untuk menguatkan use case 5G di Tanah Air tentu dibutuhkan kolaborasi. "Kami percaya kolaborasi melalui skema pentahelix, yaitu kolaborasi antara pemerintah, kampus, pengusaha, komunitas dan media sangat dibutuhkan. Kami berharap, kita jangan jadi pengguna (5G) saja ke depan, tetapi berlanjut lebih jauh dan Indonesia bisa memanfaatkannya dengan baik," ungkapnya.
Sementara itu, menurut laporan IDC ada lebih dari 30 persen konsumen di Indonesia pengeluaran TIK didominasi oleh Smartphone. Pengeluarannya mencapai total 36 Juta unit pengiriman pada 2020.
Pada sesi Indonesia 5G Conference sesi II yang mengambil tema bahasan 'Menakar Peluang Pertumbuhan Handset 5G di Masyarakat', Mevira Munindra, Country Manager IDC Indonesia menerangkan konsumen memiliki harapan untuk memiliki ponsel 5G dengan harga kompetitif. (tel)
Baca Juga: