Pintu Incubator Dorong Jenama Lokal Jualain Menuju Pasar Global
Minggu, 04 September 2022 -
SEPASANG model perempuan dan laki-laki memasuki runway. Mereka tampak serasi mengenakan busana berwarna kuning gading dengan bunga roncean melati mengikat di rambut lalu menjuntai sampai perut depan. Siluet busana lelaki sangat sederhana bahkan detail etnik hanya ada di kain membebat perut. Sementara pada busana perempuan detail lebih banyak ada di atasan dengan ujung lengan potongan balon.
Baca Juga:
Koleksi Tepa Selira tersebut menjadi pembuka Fashion Presentation PINTU Incubator di gelaran JF3, Fashion Tent, La Piazza Mal Kelapa Gading, (3/9). Selain Tepa Selira, terdapat enam jenama lokal lainnya, seperti Maria Adiputri, Nona Rona, Oemah Etnik, Rizkya Batik, Tailor Moon, dan WGB.
Ketujuh jenama lokal tersebut merupakan hasil tempaan program PINTU Incubator hadil kerjasama JF3, LAKON Indonesia, dan Kedutaan Besar Perancis melalui Institut Francais d'Indonesie (IFI).

"Jenama nan ikut porgram PINTU Incubator punya beragam keunggulan. Bagus-bagus. Tapi perlu kami kurasi agar bisa masuk ke tahap selanjutnya," kata Founder Lakon Indonesia Thresia Mareta kepada Merahputih.com.
Perjalanan panjang para partisipan dalam program ini telah dimulai sejak dibukanya pendaftaran PINTU Incubator 1.0 pada bulan April 2022 nan disambut antusias ratusan kreatif muda.
Baca Juga:
Lakon Store Gambarkan Jakarta Melalui Koleksinya di JF3 Fashion Festival
Peserta nan lolos kurasi tahap pertama kemudian diikutsertakan dalam berbagai sesi pembelajaran, bimbingan, sharing insight, dan berbagi pengalaman dalam menjalankan bisnis dari mentor dengan pelbagai latar belakang, mulai pengajar hingga praktisi dari jenama lokal dan internasional terkemuka, seperti H&M Indonesia, UNIQLO Indonesia, LAKON Indonesia, konsultan marketing LeBoYe & Dia.Lo.Gue, pakar HAKI Phoa Bing Hauw Center Patent, dan Lembaga Pendidikan dan Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo.
Selain dibekali penguasaan peningkatan produk, dalam program tersebut diberikan pula pengajaran finansial dari BTPN, Pradita University, hingga desainer Perancis Louise Lyngh Bjerregaard.

Setelahnya, seluruh partisipan mengikuti kurasi kedua. Terpilih tujuh jenama lolos tahap berikutnya, antara lain Maria Adiputri, Nona Rona, Oemah Etnik, Rizkya Batik, Tailor Moon, Tepa Selira, dan WGB. Mereka masing-masing mempresentasikan 12 koleksi di runway JF3.
Acara tersebut juga sekaligus merupakan tahapan kurasi akhir untuk memilih jenama terbaik nan akan mendapatkan berbagai peluang pengembangan usaha. Kurasi akan dilakukan lima kurator berkompeten dari latar belakang profesi berbeda namun sangat relevan dalam industri fesyen, seperti Founder Lakon Indonesia Thresia Mareta, Chairman of JF3 Soegianto Nagaria, Founder of Pisco & Co Alexandra Pisco, Chief Marketing Officer Media Group Network Meniek Andini, dan Senior Fashion Designer Susan Budihardjo.
Indonesia, menurut Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, merupakat pasar terbesar keempat di dunia sehingga penting sekali jenama lokal tumbuh agar tidak saja jadi pasar tetapi ikut berperan secara global dengan meningkatkan brand value.
"Peran inkubator ini bisa melengkapi ekosistem UMKM." kata Teten Masduki di sela kesibukannya mengamati produk dari jenama lokal PINTU Incubator.

Dari program ini, sambung Teten Masduki, diharapkan agar jenama nan lolos pada tahap kedua dan selanjutnya pengembangan produknya bisa berkelanjutan sebab Indonesia sejatinya punya DNA seni dan budaya luar biasa nan menjadi kekuatan penting.
Di hadap ketujuh jenama nan lolos seleksi, Teten berpesan agar mereka terus berkembang sehingga jadi kekuatan baru Indonesia agar berjaya di pasar global.
"Anda harus yakin jenama lokal disukai market kita dan luar negeri," tegasnya.
Jenama-jenama lokal memang butuh kesempatan besar agar bisa tampil dan semakin bertaji. PINTU Incubator, seturut Chairman of JF3 Soegianto Nagaria, merupakan upaya JF3 mendukung keberlanjutan indutri fesyen Tanah Air agar terus muncul talenta-talenta baru.

"Kami berharap pada akhirnya PINTU Incubator dapat memberikan kontribusi terhadap industri fesyen Tanah Air," tandas Soegianto.
Setelah pagelaran JF3, sambung Direktur IFI Stephane Dovert, ketujuh jenama terpilih akan mengarungi perjalanan panjang untuk bisa sampai ke pasar global. "Tapi jangan khawatir, kami telah berbicara dengan pelaku fesyen di Paris untuk membantu," kata Dovert.
Jenama-jenama lokal di Indonesia, sambung Dovert, tak perlu kecil hati karena kelokalan sebab merek fesyen besar di Paris pun memulai usaha dari skala kecil tetapi konsisten selama bertahun-tahun sampai akhirnya mendunia.
"Makanya saya kira ada jalan menjadi besar apalagi ada inkubator, seperti PINTU Incubator," tutup Dovert. (*)
Baca Juga: