Pesan Moral dari Tiga Cerita Dongeng dalam Drama ‘It’s Okay To Not Be Okay’
Sabtu, 18 Juli 2020 -
DRAMA It’s Okay To Not Be Okay sedang jadi salah satu tontonan yang paling populer. Tentu karena plot cerita yang sangat menarik serta ditambah dengan chemistry manis antara Kim Soo Hyun sebagai pekerja rumah sakit jiwa bernama Moon Kang Tae dan Seo Ye Ji yang berperan sebagai Ko Moon Young, penulis buku cerita anak-anak.
Jika diperhatikan, drama tersebut biasanya dinarasikan dengan cerita-cerita fiksi tulisan Moon Young. Meskipun tampak aneh dan kasar, dongeng-dongeng itu sebenarnya memiliki pesan moral yang sangat bermakna. Sampai episode ke delapan, penonton sudah disuguhi dengan tiga cerita, yaitu A Spring Day’s Dog, Zombie Child dan The Teenaged Boy Who Grew Up Eating Nightmares.
Ini dia rekapan cerita dan pesan di baliknya seperti dilansir dari laman Koreaboo.
Baca juga:
Inilah Daftar Pemeran Utama Drama Adaptasi Webtoon 'True Beauty'
1. A Spring Day's Dog

Dongeng yang satu ini punya cerita yang sangat sederhana tapi memiliki makna yang mendalam.
Di sebuah desa hiduplah seekor anjing yang terikat di teras dekat sebuah pohon. Anjing itu sangat pintar menyembunyikan perasaanya sehingga warga desa sangat senang bermain dengannya. Namun ketika malam tiba, dia selalu merengek sedih. Anjing itu sangat ingin berkeliaran dengan bebas sendirian namun tidak bisa karena dia terikat pada teras. Suatu hari suara hatinya berbisik kepadanya.
"Hei, kenapa kamu tidak memotong tali pengikatmu saja?," Anjing itu meresponnya dengan sedih dan berkata bahwa dia tidak bisa melakukannya karena dirinya sudah lupa caranya. Dia sudah terlalu terbiasa diikat sampai-sampai tidak tahu caranya untuk bebas.
Baca juga:
Jadi pesan moral yang ingin disampaikan adalah terkadang kebahagiaan dan kebebasan sebenarnya sudah ada di depan mata, akan tetapi kita mengabaikannya karena sudah terbiasa dengan status quo atau keadaan saat ini. Lewat cerita ini, kita harus belajar untuk meninggalkan zona nyaman agar bisa meraih kebahagiaan.
2. The Teenaged Boy Who Grew Up Eating Nightmares

Cerita ini adalah salah satu dongeng yang dinarasikan di awal drama. Bahkan dalam episode pertama penonton akan mendengar cerita tersebut dibacakan langsung sama Seo Ye Ji.
Alkisah ada seorang anak laki-laki yang mengalami mimpi buruk parah setiap harinya. Merasa muak berurusan dengan mimpi buruknya, sang anak memutuskan untuk mencari penyihir agar bisa membantunya menghilangkan mimpi buruknya itu.
Baca juga:
"Tolong hapus semua ingatan buruk dari pikiranku sehingga aku tidak akan bermimpi buruk lagi," pinta bocah itu kepada si penyihir. Sebagai gantinya, anak laki-laki itu berjanji akan melakukan apapun. Kemudian sang penyihir mengambil ingatan buruknya dan bocah itu pun sembuh dari mimpi buruknya.
Seiring berjalannya waktu, anak itu tumbuh menjadi orang dewasa. Namun dia mulai menyadari bahwa meskipun tidak lagi bermimpi buruk, dirinya tetap tidak pernah bahagia. Sang penyihir datang kepadanya ketika bulan besinar penuh.
"Mengapa aku tidak bahagia?", tanya si lelaki.
Si penyihir memberitahunya bahwa hanya dengan mengalami hal buruk dalam hidup, seseorang akan jadi lebih kuat, lebih mudah beradaptasi, dan bersemangat. Alih-alih melupakan, si penyihir menyarankannya untuk memenangkan pertempuran batin serta pengalaman negatif itu.
"Jika kamu tidak bisa melawannya, kamu akan selamanya menjadi anak yang belum dewasa," kata si penyihir. Maka tidak heran si tokoh laki-laki ini tidak pernah bahagia karena dia memutuskan untuk menghapus hal-hal negatif dan lari dari masalahnya.
Melalui cerita The Teenaged Boy Who Grew Up Eating Nightmares, kita perlu belajar untuk melawan masalah yang sedang dihadapi. Dengan demikian kita bisa jadi orang dewasa yang sesungguhnya. Melupakan hal-hal negatif yang terjadi dalam hidup bukanlah jawaban atau solusi yang terbaik.
Baca juga:
3. The Zombie Child
Dongeng Zombie Child digambar dengan ilustrasi yang sedikit menyeramkan, tapi pesan yang disampaikan ternyata cukup menghangatkan hati.
Suatu waktu lahir seorang bayi laki-laki yang sangat jelek. Kulitnya pucat, bermata besar, dan ada duri yang menusuk keluar dari sekujur tubuhnya. Ibu bayi itu akhirnya menyadari bahwa anaknya bukanlah manusia melainkan anak zombi yang tidak memiliki afeksi maupun emosi dan hanya memiliki keinginan untuk makan.
Merasa perlu melindungi putranya, sang ibu menyembunyikan anak tersebut di ruang bawah tanah. Biasanya si ibu akan membawakan makanan curian berupa ayam atau babi.
Suatu hari ada wabah penyakit dan kelaparan yang menyerang desa. Semua penduduk berbondong-bondong pergi. Akan tetapi si ibu tetap tinggal karena tidak tega meninggalkan putranya itu. Perlahan persedian makanan habis dan si ibu terpaksa memotong kaki dan tangannya agar bisa memberi makan anaknya.
Baca juga:
Pada saat terakhir, ketika si ibu hanya tinggal torsonya saja, dia merangkak ke anaknya dan memeluknya. Membiarkan putranya melahap seluruh tubuhnya. Si anak zombi itu akhirnya berbicara untuk pertama kalinya, "Jadi ternyata ibu hangat ya."
Mungkin sebenarnya anak itu bukan ingin diberi makan tetapi hanya sekadar ingin merasakan kehangatan dan cinta seseorang karena selama ini dia tumbuh disembunyikan dari dunia.
Lewat kisah ini kita diajari bahwa sebenarnya kasih sayang adalah hal yang paling penting. Kadang kita tidak butuh apa-apa selain rasa diterima dan dicintai.
Itu dia tiga dongeng dari drama It’s Okay To Not Be Okay. Nah, kabarnya tiga cerita itu sudah dicetak jadi buku dan mulai dijual sejak 17 Juli. Buku tersebut sudah tersedia di website Yes24 dan Gyobo Books.
Mereka juga menjual edisi cetakan spesial. Di dalamnya ada kompilasi dari tiga dongeng di atas disertai dengan lima postcard ilustrasi. Buku dijual dari harga 10,800 won atau setara Rp132 ribu. Semoga nantinya diterjemahkan dan dijual juga ya di Indonesia. (Sam)
Baca juga: