Pemindahan Ibu Kota Negara Perkecil Disparitas Pembangunan
Jumat, 25 Agustus 2017 -
MerahPutih.Com - Wacana pemindahan ibu kota masih menjadi perdebatan baik di tataran politik maupun dampak sosial ekonominya.
Sejumlah kalangan menilai pemindahan ibu kota bukan urusan mendesak dan bukan prioritas. Sementara yang lain menganggap pemindahan ibu kota perlu sebab Jakarta semakin sumpek.
Wakil Ketua MPR Mahyudin menilai pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Pulau Kalimantan dapat memperkecil disparitas pembangunan yang selama ini terjadi antara Pulau Jawa dan non-Jawa.
"Saya dukung 100 persen pemindahan ibu kota negara ke Pulau Kalimantan agar disparitas semakin kecil," kata Mahyudin usai memberikan materi dalam acara Sosialisasi Empat Pilar kebangsaan yang digagas MPR kepada Himpunan Wanita Karya, di Samarinda, Kamis (24/8).
Dia menilai pemindahan ibu kota negarake ke Pulau Kalimantan agar pembangunan di wilayah Indonesia tengah dapat dipercepat sehingga tingkat ekonomi masyarakat bisa meningkat.
Mahyudin sebagaimana dikutip dari Antara, mengatakan posisi Pulau Kalimantan sangat strategis karena berada di tengah Indonesia, sehingga ketika pembangunan terjadi secara cepat, bisa berdampak positif bagi daerah di sekitarnya.
"Tujuannya agar pembangunan di wilayah Indonesia tengah dipercepat dan Pulau Kalimantan merupakan tempat ideal karena berada di tengah-tengah Indonesia," ujarnya.
Politikus Partai Golkar itu menilai Kalimantan memiliki sumber daya alam sangat melimpah sehingga harus dimanfaatkan secara baik bagi kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut.
Menurut dia, kebijakan menjadikan salah satu wilayah di Pulau Kalimantan sebagai ibu kota negara merupakan langkah akselerasi bagi percepatan pembangunan di daerah tersebut.
"Janganlah Pulau Kalimantan hanya diambil sumber daya alamnya saja lalu masyarakatnya tidak mendapatkan hasilnya. Langkah menjadikan Kalimantan sebagai ibu kota negara agar ada pemerataan pembangunan," katanya.
Mahyudin juga menyoroti masih tingginya angka gini ratio di masyarakat sehingga menandakan masih tingginya kesenjangan ekonomi.(*)