Parade Alumni Lomba Perancang Mode Tampil di Jakarta Fashion Week 2024
Senin, 23 Oktober 2023 -
SATU per satu model keluar dari layar yang menampilkan nama alumni Lomba Perancang Mode Busana (LPM) dari tahun ke tahun. Para desainer tidak hanya mampu membuat karya-karya yang dikagumi di dalam maupun luar negeri, tetapi juga sukses memberikan pengaruh terhadap dunia mode Indonesia.
Para pencinta fesyen mungkin sudah tidak asing lagi dengan perancang busana seperti Hian Tjen, Itang Yunasz, Andreas Odang, Amelia Kartikasari, Albert Yanuar, Chossy Latu, Denny Wirawan, Billy Tjong, hingga Billy Tjong. Selain membuat karya yang telah dipamerkan di dalam negeri maupun tingkat internasional, dan menjadi favorit para selebritas, para desainer alumni LPM juga sukses dari segi bisnis. Tidak heran LPM menjadi kompetisi fashion terbesar di Indonesia.
“LPM sudah hadir sejak 1979 dan melahirkan perancang busana yang terkenal dengan karya-karyanya,” kata Chairwoman of Jakarta Fashion Week Svida Alisjahbana, dalam sambutannya, Senin (23/10).
Bermula pada 1979, ketika tiga majalah yang bernaung di bawah Femina Group, yaitu Femina, Gadis, dan Ayahbunda, kesulitan mencari desainer yang lebih variatif untuk tampil di majalah. Dari pengalamannya melanglang buana meliput acara-acara mode di dunia, dua wartawan mode senior Indonesia, Pia Alisjahbana dan Irma Hadisurya, melihat dunia mode internasional mampu melakukan regenerasi desainer-desainer modenya.

Setelah 44 tahun, gemerlap LPM tidak juga padam. Di JFW 2024, Lomba Perancang Mode 2023 kembali akan melahirkan desainer-desainer muda berbakat yang siap memperkaya dunia mode Indonesia. Tahun ini, LPM hadir dengan tema Authenticity, berupaya mengeluarkan energi kreatif para desainer muda dengan menyediakan platform bagi mereka untuk mengekspresikan keaslian dan DNA desain yang kuat.
LPM 2023 pun telah memasuki putaran final. Sebanyak 351 peserta yang mendaftar, dipilihlah 20 semifinalis. Para semifinalis tersebut mewujudkan dua dari 10 sketsa yang mereka kirimkan untuk dipresentasikan di hadapan para juri.
Salah satu peserta yang turut berpartisipasi adalah Caroline Devina dengan tajuk koleksi Why Am I Still Feel Lonely? Rasa kesepian karena pandemi COVID-19 memberinya sebuah emosi rumit yang kemudian dituangkannya dalam desain bernuansa monokrom. Lewat rancangan tersebut, Caroline ingin menunjukkan dan merayakan perjalanan yang telah membentuknya menjadi dirinya saat ini.

Tidak hanya secara keseluruhan, setiap detail dari setiap garis rancangannya memiliki makna tersendiri. Tali-tali yang menggantung dan terikat menyimbolkan rasa terkurung dan terjebak. Detail kain yang membentuk siluet tangan merepresentasikan perasaan kesepian. Sedangkan material kain yang menutupi wajah menjadi simbol dari pribadi yang tertutup.
Para juri kemudian akan menilai rancangan yang mampu mengeksplorasi perspektif baru, eksperimen dengan material, teknik, serta siluet yang tidak konvensional. Para jurinya adalah Sebastian Gunawan (desainer senior), Hian Tjen (alumnus LPM 2007), Lisa Malonda (representatif Istituto Marangoni & Academy untuk Indonesia), Zoey Rasjid (Head of Marketing Communications Asia Pacific Rayon), dan Aldi Indrajaya (Fashion Editor Dewi).
Pemenang pertama akan mendapat kesempatan untuk memperdalam ilmu fashion di Istituto Marangoni, Milan, Italia melalui Domus Desain Academy, serta hadiah uang tunai lainnya. (and)