Orang Kalem akan Berubah Jadi Monster Bila di Jalan

Rabu, 24 April 2019 - P Suryo R

PADATNYA lalu lintas khususnya di Jakarta terkadang membuat mental jatuh dan badan letih. Ujung-ujungnya emosi malah naik. Apalagi kondisinya diperparah oleh teriknya matahari. Senggolan sedikit di jalan akan membuat amarah langsung keluar.

Laman lifehack menyebutkan keutamaan bersabar di jalan dan sebaiknya membuang kebiasaan buruk bila berkendara. Sebab ini bukan hanya tentang keselamatan diri kamu sendiri tapi juga orang lain.

Road Rage

nyetir
Orang kalem bisa jadi monster bila ada di belakang kemudi. (Foto: Pexels/Malcolm Garret)

Jangan kaget kalau melihat teman yang kalem dan santun berubah layaknya monster bila berada di jalan. Sumpah serah dan tak mau mengalah seolah orang yang berbeda bila sudah di belakang kemudi. Sangat tidak nyaman bagi orang-orang yang bersamanya di dalam mobil.

Monster ini dapat membuat orang lain celaka termasuk orang yang satu mobil dengannya. Menurut laman lifehack, orang berubah menjadi monster seperti itu karena mereka menjadi aninomus dan bersembunyi di dalam kabin mobil. Sama halnya dengan netijen yang kerap mengkritik keras karena mereka merasa aman karena berada di balik layar. Jadi sebaiknya buat diri lebih santai dan selalu ingat kalau ada orang lain di dalam mobil. Ambil nafas dalam dan hembuskan dengan keras, jangan sampai kemarahan mengambil kamu.

Mabuk

nyetir
Berkendara dalam keadaan mabuk, sangat berbahaya. (Foto: Pexels/energepic.com)


Ini sangat berbahaya mengendarai mobil dalam keadaan dipengaruhi alkohol. Sebab alkohol akan memperlambat reaksi kamu. Padahal reaksi yang cepat tanggap sangat diperlukan dalam mengendarai kendaraan. Sayangnya banyak kecelakaan karena pengaruh alkohol dialami oleh anak-anak muda. Sama halnya dengan mengantuk ketika mengedarai mobil. Obat yang pasti adalah mencari tempat aman untuk parkir dan tidur. Memang tidak senyaman ranjang namun kamu akan bisa menghalau rasa ngantuk.

Lampu Kuning

nyetir
Bila lampu lalu lintas menyala kuning perlambatlah mobil. (Foto: Pexels/Leo Cardelli)


Banyak diantara kita yang menekan gas lebih dalam ketika lampu lalu lintas menyala kuning. Padahal konsep lampu kuning itu bukan seperti itu. Ini merupakan pertanda bagi pengemudi untuk memperlambat laju kendaraannya dan bersiap untuk berhenti. Lampu merah akan menyala setelah lampu kuning padam, kamu akan terjebak antara dua pilihan berhenti mendadak atau menerobos lampu merah dengan risiko lebih besar.

Gangguan

nyetir
Jangan menggunakan handphone jika mengemudi. (Foto: Pexels/SplitShire)


Menerima telepon atau membalas chating adalah risiko paling besar ketika berkendara. Sayangnya orang tidak menyadari hal ini. Bukan itu saja, berkendara sambil makan atau minum atau bercanda juga sama berbahayanya. Laman lifehack menuliskan pada tahun 2009 tercatat 40 ribu korban kecelakaan karena hal-hal seperti itu. Kalau toh dirasa penting menerima telepon, sebaiknya meminggirkan kendaraan dan parkir di tempat yang aman.

Sabuk pengaman

nyetir
Sabuk pengamanan mutlak kamu kami. (Foto: Pexels/Lorenzo)


Alat yang satu ini kerap dianggap enteng oleh pengemudi dan menganggap airbags sudah mampu memberikan pengamanan terhadap benturan. Sabuk pengaman dianggap tidak menyenangan dan jauh dari kenyamanan. Sabuk pengaman adalah alat pengaman utama dari kecelakaan. Pengamat CDC menyebutkan di tahun 2014, korban kecelakaan yang selamat 12.802 karena menggunakan sabuk pengaman. Sabuk pengaman idealnya dipakai ketika menjalankan kendaraan meskipun hanya memajukan atau memundurkan beberapa senti saja.

Santai saja

nyetir
Mengemudilah dengan santai dan fokus. (Foto: Pexels/Lisa Fotios)


Berkendara aman tidaklah sulit, hanya dibutuhkan fokus dan santai. Tidak perlu menjadi Lewis Hamilton, toh jalan raya bukan sirkuit balapan. Kalau toh disalip orang, mungkin saja dia terburu-buru mengejar sesuatu atau hendak ke rumah sakit, siapa yang tahu? Paling tidak dengan santai berkendara akan membuat selamat sampai tujuan. (psr)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan