Napas dan Harapan Baru Jembatan Panus
Rabu, 14 Desember 2016 -
MerahPutih Budaya – Salah satu jembatan yang sarat akan nilai sejarah, Jembatan Panus, mungkin saat ini bisa kembali tersenyum. Napas dan harapan baru mulai tumbuh tatkala beberapa personel dari Satgas Jalan dan Jembatan Dinas Bima Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Depok tengah "menyembuhkan" luka lama yang tengah dirasakan jembatan yang hampir berusia 100 tahun.
Kesakralan jembatan yang dibangun pada tahun 1917 itu memang bagi masyarakat Depok, terlebih Kaum 12 Marga merupakan jembatan yang penuh dengan arus cerita yang mengharukan. Bahkan, boleh juga dikatakan bahwa jembatan yang dirancang oleh Andre Laurens memiliki hubungan emosional yang begitu erat bagi keturunan Kaum Depok.
Pasalnya, Andre Laurens yang bertindak selaku arsitek pembangunan jembatan itu merupakan putra asli Depok yang merupakan keturunan dari Kaum 12 Marga. Ditambah, mandor pembangunannya juga merupakan asli putra Depok, Stephanus Leander.
Para pekerja dalam perbaikan Jembatan Panus. (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)
Masyarakat Kota Depok lainnya, Khairul Malik yang juga merupakan anggota Satgas Jalan dan Jembatan DBMSDA pun menuturkan bahwa bangunan tersebut adalah aset kota yang harus dilestarikan oleh Pemkot Depok. Pasalnya, meski sudah berusia hampir 100 tahun, jembatan tersebut sekilas nampak berdiri kokoh berpaduan dengan Jembatan Panus baru yang terletak persis di sampingnya.
“Jembatan ini sangat bersejarah. Saya pribadi prihatin melihat kondisinya sekarang,” ucap Malik kepada merahputih.com saat memperbaiki jembatan yang berlokasi di Jalan Raya Siliwangi, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/13).
Karena itu, kata Malik, langkah Pemkot Depok guna memperbaiki situs yang hampir ambruk itu merupakan tindakan yang bijak, mengingat dalam urusan perawatan jembatan atau infrastruktur adalah kebijakan langsung dari pemerintah pusat. “Di sini, Pemerintah Kota Depok menunjukkan kepeduliannya terhadap aset kota yang sangat berharga,” katanya.
Jembatan Panus dalam perbaikan. (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)
Menanggapi ihwal demikian, salah seorang keturunan Kaum 12 Marga yang juga merupakan pengurus Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) Geoffrey Loen mengungkapkan kebahagiaannya atas perbaikan tersebut.
Menurut Geoffrey, Jembatan Panus bukan hanya milik Kaum 12 Marga melainkan milik seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut dapat dirasakan manfaatnya sejak berdiri pada tahun 1917 hingga saat ini. “Manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat dari tahun 1917 hingga detik ini. Jadi, jembatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Dan karena itu pula, bukan hanya pemerintah, tetapi juga kita untuk tetap melestarikan serta merawat situs berharga ini,” ujar Geoffrey.
Selain itu, tambah Geoffrey, keberadaan Jembatan Panus adalah salah satu bukti sejarah kemajuan Kota Depok, yang mana jembatan itu sempat menjadi lintasan masyarakat (Depok-Jakarta-Bogor) sehingga membantu aktivitas masyarakat pada tempo dulu. “Jembatan ini punya jasa. Kalau ada jasa, jangan habis manis sepah dibuang, hanya karena ada jembatan baru di sebelahnya. Tanpa adanya jembatan ini, mungkin sampai sekarang Depok masih menjadi kota tertinggal,” tambahnya.
“Dan kami selaku warga mengucapkan banyak terima kasih terkait perbaikan Jembatan Panus yang tengah dilakukan Pemerintah Kota Depok. Jembatan Panus jangan dipandang sebelah mata. Ini adalah situs kota kita tercinta,” ujarnya.
Selain Geoffrey, pengurus lembaga yang konsen dengan sejarah Kota Depok lainnya, Ferdy Jonathans juga mengutarakan hal serupa. Dengan logat yang agak kebetawi-betawian, Ferdy menyampaikan rasa terima kasihnya yang mendalam terhadap pemerintah kota Depok yang mulai membuktikan kepeduliannya terhadap bangunan bersejarah itu.
Dan menurut Ferdy, perbaikan yang tengah dilakukan pemerintah merupakan buah dari perjuangan beberapa komunitas dan sejarawan yang belakangan ini selalu memerhatikan kondisi jembatan yang hampir ambruk itu. “Hasil ini bukan hanya perjuangan YLCC semata yang terus mengingatkan Pemerintah Kota Depok untuk memerhatikan Situs Jembatan Panus. Banyak komunitas dan sejarawan seperti JJ Rizal yang memperjuangkan nasib Jembatan Panus. Termasuk ini juga hasil perjuangan media yang tiada bosan membuat berita tentang Jembatan Panus,” tutur Ferdy.
“Sekali lagi, kami sangat berterima kasih,” tutupnya dengan sorotan matanya yang tajam, tetapi meneduhkan. (Ard)
BACA JUGA:
- Menanti Riwayat Jembatan Panus Depok
- JJ Rizal: Jembatan Panus Rahmat Bagi Kota Depok
- JJ Rizal dan Komunitas Depok Gelar Aksi Peduli Jembatan Panus
- Siapa Eti, Hantu Perempuan Berbaju Putih di Jembatan Panus?
- Deru Tank Belanda Melintas di Jembatan Panus