Makna di Balik 409 Anak Tangga Pemakaman Imogiri, Jejak Sejarah Sultan Agung dan Mataram Islam

Kamis, 06 November 2025 - Soffi Amira

MerahPutih.com - Pemakaman Imogiri, Bantul, Yogyakarta, menjadi tempat peristirahatan terakhir Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Paku Buwono (PB) XIII yang mangkat pada Minggu (2/11).

Dalam sejarah, makam Imogiri yang terletak di Dusun Pajimatan, Girirejo, Kapanewon Imogiri, Bantul, yang merupakan kompleks pemakaman raja-raja dan keluarga Kesultanan Mataram Islam.

Hal yang menjadi sorotan di makam Imogiri adalah jumlah anak tangga yang mencapai 409 anak tangga. Namun, jika dihitung sampai makam Sultan Agung, total anak tangga mencapai sekitar 409 anak tangga.

Setiap bagian anak tangga memiliki arti dan makna tertentu, sebagai berikut. Anak tangga dari pemukiman penduduk menuju area dekat Masjid Pajimatan Himagiri berjumlah 32, yang melambangkan tahun pembangunan Astana Pajimatan Himagiri pada 1632.

Baca juga:

Sultan HB X dan Paku Alam X Melayat PB XIII, Ungkapkan Harapan Adanya Regenerasi

Kemudian, anak tangga dari area dekat Masjid Pajimatan Himagiri menuju pekarangan Masjid Pajimatan Himagiri berjumlah 13, melambangkan kenaikan takhta Sultan Agung Anyakrakusuma sebagai raja Mataram pada 1613.

Selanjutnya, anak tangga dari pekarangan Masjid Pajimatan Himagiri menuju tangga terpanjang berjumlah 46. Jumlah ini memiliki arti kemangkatan Sultan Agung pada 1646.

Sementara itu, anak tangga terpanjang berjumlah 346. Jumlah anak tangga ini menandakan Astana Pajimatan Himagiri yang dibangun secara bertahap selama 346 tahun.

Terakhir, anak tangga di sekitar kolam berjumlah 9. Jumlah anak tangga ini melambangkan 9 anggota Walisanga.

Ternyata di balik banyaknya jumlah anak tangga makam Imogiri, terdapat kisah Tumenggung Endranata yang tersimpan.

Baca juga:

Jokowi Melepas Jenazah PB XIII di Loji Gandrung, Diberangkatkan ke Makam Raja Imogiri

Tumenggung Endranata yang disebut sebagai pengkhianat Kerajaan Mataram Islam diketahui juga dimakamkan di pajimatan tersebut, tetapi dengan cara yang tidak biasa.

Tidak seperti keluarga raja lainnya yang dimakamkan secara terhormat, jasad Tumenggung Endranata justru dimakamkan di anak tangga menuju Pajimatan Imogiri.

Makam tersebut dapat dikenali dengan bentuknya yang tidak rata, tidak seperti bentuk anak tangga lainnya, sehingga membuatnya menjadi mudah ditemukan.

Ia dihukum mati oleh Sultan Agung karena dianggap mengkhianati Sultan Agung, karena membocorkan rencana penyerangan pasukan Mataram ke Batavia kepada VOC.

Setelah dieksekusi mati, Tumenggung Endranata dimutilasi menjadi tiga bagian oleh Sultan Agung. Bagian kepala Tumenggung Endranata dipancangkan di alun-alun Jayakarta sebagai peringatan bagi Belanda.

Baca juga:

Jenazah PB XIII Diberangkatkan ke Imogiri, Diawali Sambutan Duka dari Putra Mahkota dan Tradisi Brobosan

Lalu, bagian kakinya dibuang ke laut sebagai simbol pengusiran dari tanah Jawa. Sedangkan badannya dikubur di makam raja-raja Mataram yang berlokasi di Imogiri sebagai penghinaan bagi Tumenggung Endranata.

Hukuman ini merupakan bentuk kemarahan dan kesedihan Sultan Agung atas pengkhianatan yang telah merugikan Mataram secara besar besaran.

Pengkhianatan yang telah dilakukan Tumenggung Endranata kepada Kerajaan Mataram Islam membuatnya dianggap sebagai musuh bagi seluruh rakyat Jawa dan tidak layak mendapatkan tempat yang terhormat di dunia maupun di akhirat. (Pon)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan