Limbah Pangan Indonesia hingga 31 Ton Per Tahun jadi Tantangan Insinyur Pangan ITB

Sabtu, 12 Februari 2022 - P Suryo R

BUKAN hanya di Indonesia tapi juga dunia, menghadapi masalah limbah pangan yang setiap tahunnya meningkat. Bila ini dibiarkan maka limbah ini akan menghasilkan gas karbon dioksida yang turut menyumbang pemanasan global.

Dalam skala nasional, estimasi total food loss atau food waste Indonesia mencapai 18 ton hingga 31 ton per tahun. Ini merupakan kondisi yang mendesak untuk diperbaiki. Di sinilah insinyur pangan punya peran penting untuk menghasilkan teknologi pengelolaan limbah pangan.

Baca Juga:

AI Buatan Sony Kalahkan Pemain Terbaik 'Gran Turismo'

makan
Solusi yang kini sedang dikembangkan oleh para insinyur pangan adalah teknologi pengolahan buah kering. (Foto: Unsplash/Stephanie Studer)

Dosen Teknik Pangan ITB, Dianika Lestari, mengatakan solusi yang kini sedang dikembangkan oleh para insinyur pangan adalah teknologi pengolahan buah kering dan pengolahan lanjut limbah pangan menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan untuk hal lain.

“Bukan hanya itu, insinyur pangan juga harus mampu memperbaiki teknologi yang sudah ada saat ini menjadi teknologi yang lebih efisien dan lebih hemat sumber daya,” terang Dianika pada acara dari Food Engineering Festival (FEF ITB) berjudul Foreseeing The Future of Food Engineering.

Pada acara tersebut, Dianika mengawali paparan mengenai peran para insinyur pangan atau food engineer, yaitu dalam merancang dan mengembangkan teknologi serta sistem untuk proses produksi, distribusi, penyimpanan hasil pertanian serta bahan pangan dalam skala komersial.

“Insinyur pangan juga berperan dalam menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pengolahan pangan pada skala industri,” jelas Dianika.

Tentunya untuk melakukan berbagai tugas tersebut, para insinyur pangan tidak sendirian. Terdapat berbagai aspek yang harus dipahami oleh para insinyur pangan. Mulai dari komoditas pangan di mana para insinyur pangan akan bekerja sama dengan para insinyur pertanian dan insinyur teknik pascapanen.

Lalu insinyur pangan harus paham mengenai aditif pangan serta food ingredients untuk menghasilkan produk pangan yang aman dan baik, lalu dapat didistribusikan kepada masyarakat umum di pasaran.

Saat ini, tentunya masih ada beberapa permasalahan dalam sektor pangan di Indonesia. Pertama, pemanfaatan bahan baku pangan khas Indonesia untuk bahan komponen penyusun atau ingridient pangan masih terbatas. Selain itu, ahli teknik proses kimia Indonesia masih terbatas dalam melakukan perancangan teknologi proses produksi pangan untuk mengolah bahan baku pangan lokal khas Indonesia secara berkelanjutan.

Baca Juga:

Bahaya di Balik Makanan Ultra Processed Food untuk Si Kecil

makan
Kebutuhan pengolahan pangan yang baik sudah angat mendesak. (Foto: Pixabay/Pexels)

Maka dari itu, para insinyur pangan dari program studi Teknik Pangan memiliki berbagai tugas dan peran untuk masa depan pangan Indonesia. Pertama, insinyur pangan Indonesia harus mampu menciptakan teknologi baru untuk memanfaatkan potensi sumber daya pangan Indonesia.

Hal ini tentunya menjadi hal yang harus segera direalisasikan karena Indonesia memiliki sangat banyak potensi sumber daya pangan yang kaya akan kandungan gizi yang dapat dikomersialisasi dan juga dikembangkan untuk membantu perekonomian, mensejahterakan masyarakat, serta memajukan negara Indonesia.

Kedua, kualitas serta mutu pangan yang dihasilkan harus sangat diperhatikan dan juga dijaga dengan sangat baik karena bahan pangan adalah bahan yang sensitif dan langsung bersentuhan dengan manusia sepenuhnya.

“Hasil pangan harus terjaga kontinuitasnya, kualitasnya, serta kapasitasnya agar bisa diterima di kalangan Industri,” tegas Dianika.

Pangan yang sehat dan lezat harus menjadi tujuan perakitan teknologi pengolahan pangan masa depan. Produksi pangan sehat pada skala industri komersial akan menjadikannya lebih terjangkau untuk masyarakat luas.

Di sisi lain, para insinyur dari Teknik Pangan serta ITB pada umumnya, telah turut berkontribusi pula untuk menghasilkan berbagai teknologi pengolahan pangan masa depan untuk Indonesia. Hasil yang diciptakan adalah Closed Circulated Batch Reactor dan Closed Circulated Semi-Continuous Reactor. Kedua reaktor ini memiliki berbagai kelebihan. Mulai dari konsumsi air yang lebih efisien, kontrol kehigienisan yang lebih baik, serta muatan bahan untuk diproses yang lebih besar.

Selain itu, peran lain dari para insinyur pangan juga harus beradaptasi dan juga bisa mengikuti perkembangan zaman terutama pada Industry 4.0 yang marak dengan otomasi industri. Terutama pada sektor food processing, food packaging, dan food servicing yang kini banyak dijalankan oleh mesin dan teknologi. (Imanha/Jawa Barat)

Baca Juga:

Makanan Terbaik Untuk Pertumbuhan Rambut Lebih Cepat

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan