Kurang Bepergian Pengaruhi Emosional Seseorang

Jumat, 21 Agustus 2020 - Leonard

TIDAK dapat bepergian ternyata dapat membuat seseorang stres. Menurut Amex Trendex 2020, orang-orang sangat rindu untuk bepergian menimbulkan beban emosional dan memengaruhi kesejahteraan mereka. Belum lama ini, American Express merilis hasil jajak pendapatnya dari survei 2 ribu orang yang dianggap sebagai "pelancong populasi umum" dengan pendapatan sekitar Rp1 miliar setahun atau lebih.

Survei tersebut menemukan 48 persen responden cemas dan stres karena tidak bisa bepergian. Tiga dari empat konsumen (78 persen) mencatat bepergian adalah aktivitas paling dirindukan selama pandemi.

Baca juga:

Suntik Botox Kecantikan Dapat Mengurangi Depresi Secara Signifikan

travel
48 persen responden merasa cemas dan stres karena tak dapat bepergian. (Foto: Pexels/Porapak Apichodilok)

Dilansir laman T+L, hanya karena mereka ingin bepergian bukan berarti mereka akan melakukannya. Laman itu menuliskan 10 persen konsumen yang disurvei berencana untuk bepergian selama akhir pekan.

Ketika tiba saatnya untuk memulai perjalanan, 67 persen responden mengatakan mereka akan melakukan bepergian dalam grup kecil, seperti keluarga atau kawan-kawan dekat.

Survei itu juga menuliskan, orang akan mencari opsi pemesanan akses langsung, sehingga mereka dapat berbicara dengan seseorang atau petugas tentang pembatasan perjalanan, penutupan, dan apa yang diperlukan saat kedatangan. Selain akses seperti itu, pelancong mencantumkan standar fleksibilitas dan kebersihan sebagai prioritas utama mereka.

Baca juga:

Pecandu Medsos Lebih Mungkin Muncul Sebagai Pelaku Perundungan di Dunia Nyata

travel
Hanya 10 persen yang tetap berencana untuk bepergian saat pandemi. (Foto: Pexels/Anna Shvets)

Orang-orang juga bersedia untuk memperpanjang waktu liburan jika layak. Menurut hasil survei, 50 persen responden mengatakan mereka bersedia pindah ke tempat baru selama satu tahun penuh jika diberi insentif ekonomi dan kesehatan.

Ada beberapa tujuan yang mempertimbangkan untuk menawarkan hal itu. Sebagai contoh utama adalah Barbados. Juli lalu, Perdana Menteri Barbados, Mia Amor Mottley mengumumkan negaranya sedang mempertimbangkan "Cap Selamat Datang Barbados" selama 12 bulan, yang memungkinkan pelancong menghabiskan waktu lebih lama di pulau itu.

"COVID-19 telah menghadirkan tantangan luar biasa bagi negara-negara yang bergantung pada pariwisata dan perjalanan. Dan kami telah mencapai posisi di mana kami menyadari bahwa bagian dari tantangan tersebut terkait dengan perjalanan jangka pendek," kata Mottley. (lgi)

Baca juga:

Berjalan Kaki Singkat di Pantai Meningkatkan Kesehatan Mental

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan