Kloning Suara dan Bahaya Kejahatan Siber

Kamis, 15 Juli 2021 - Dwi Astarini

KETIKA teknologi kloning suara makin efektif, teknologi itu kian menarik bagi para seniman pengisi suara. Celakanya, teknologi itu juga menarik para penjahat siber.

Kloning suara adalah ketika program komputer digunakan untuk menghasilkan salinan suara seseorang yang dapat diadaptasi dan disesuaikan. Dengan menggunakan rekaman seseorang yang berbicara, perangkat lunak kemudian menggandakan suara yang mengucapkan kata atau kalimat apa pun yang kamu ketikkan ke keyboard.

Seperti itulah kemajuan terbaru dalam teknologi sehingga audio yang dihasilkan komputer sekarang dikatakan sangat tepat. Perangkat lunak ini tidak hanya dapat menangkap aksen, tetapi juga getaran, nada, kecepatan, aliran bicara, dan pernapasan. Kloning suara juga dapat diubah untuk menggambarkan emosi yang diperlukan, seperti marah, takut, bahagia, cinta, atau kebosanan.

BACA JUGA:

Kolaborasi untuk Mempermudah Pembayaran Digital

Seorang aktor sulih suara saat ini dapat mengkloning suaranya sehingga memungkinkan dia untuk mendapatkan lebih banyak pekerjaan. Misalnya, jika ada tawaran pekerjaan yang bersamaan, ia bisa menawarkan untuk mengirim klon suaranya untuk melakukan salah satu pekerjaan sebagai gantinya.

Untuk mengkloning suara, ada layanan yang berbasis di Boston, AS, bernama VocaliD. Itu merupakan salah satu dari semakin banyak perusahaan yang sekarang menawarkan layanan tersebut. VocaliD didirikan Rupal Patel, yang juga seorang profesor ilmu komunikasi dan gangguan di Universitas Northeastern.

Patel mendirikan bisnis itu pada 2014 sebagai perpanjangan dari pekerjaan klinisnya menciptakan suara buatan untuk pasien yang tidak dapat berbicara tanpa bantuan, seperti orang yang kehilangan suara setelah operasi atau sakit.

kloning suara
Aktor sulih suara dapat mengkloning suaranya sehingga bisa dapat lebih banyak pekerjaan. (123RF/forestrun)

Dia mengatakan teknologi tersebut dipimpin kecerdasan buatan, perangkat lunak yang dapat 'belajar' dan beradaptasi dengan sendirinya. Teknologi itu telah berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir dan menarik perhatian seniman pengisi suara.

“Kami juga mengkhususkan diri dalam membuat custom voice yang lebih beragam aksennya,” ujar Patel kepada BBC.com (11/7).

Ia menambahkan, "Kami telah membuat beberapa suara transgender, kami telah membuat suara netral gender. Teknologi harus berbicara dengan cara kita semua berbicara, kita semua memiliki aksen dan suara yang unik."

Kloning suara juga dapat digunakan untuk menerjemahkan kata-kata aktor ke dalam bahasa yang berbeda. Temuan itu berpotensi. Nantinya, perusahaan produksi film AS tidak perlu lagi mempekerjakan aktor tambahan untuk membuat versi sulih suara dari film mereka untuk distribusi di luar negeri.

Perusahaan Kanada, Resemble AI, mengatakan sekarang dapat mengubah suara bahasa Inggris yang dikloning menjadi 15 bahasa lain. Chief executive perusahaan itu, Zohaib Ahmed, mengatakan, untuk menghasilkan salinan suara seseorang yang berkualitas, perangkat lunak tersebut memerlukan rekaman seseorang yang berbicara hanya dalam 10 menit.

"Ketika AI mempelajari suaramu, ia mempelajari banyak properti, seperti timbre dan nada, serta intensitas. Namun, itu juga mempelajari ribuan fitur lain dari suara seseorang yang mungkin tidak terlalu jelas bagi kita," jelas Ahmed.

Penyalahgunaan dalam Kejahatan Siber

kejahatan siber
Sama seperti video palsu yang dihasilkan komputer, kloning suara juga disebut deepfake. (123RF/wrightstudio)


Meski memiliki potensi komersial yang jelas, peningkatan kecanggihan kloning suara di lain sisi menimbulkan kekhawatiran yang berkembang bahwa teknologi itu dapat digunakan dalam kejahatan siber untuk mengelabui orang.

Sama seperti video palsu yang dihasilkan komputer, kloning suara juga disebut deepfake. Pakar keamanan siber Eddy Bobritsky mengatakan ada 'risiko keamanan besar' yang datang dari kloning suara.

"Melalui e-mail atau pesan singkat, kita tahu selama bertahun-tahun, orang akan dengan mudah meniru orang lain. Namun, sampai sekarang, berbicara di telepon dengan seseorang yang kamu percaya dan kenal dengan baik merupakan salah satu cara paling umum untuk memastikan kebenaran," kata bos perusahaan Israel Minerva Labs tersebut.

Bobritsky mengatakan teknologi telah berubah sekarang. "Misalnya, jika seorang bos menelepon seorang karyawan untuk meminta informasi sensitif, dan karyawan itu mengenali suaranya, tanggapan langsungnya ialah melakukan apa yang diminta. Ini merupakan jalan bagi banyak kejahatan dunia maya," imbuhnya.

Faktanya, kasus seperti itu dilaporkan Wall Street Journal pada 2019. Seorang manajer di Inggris dikatakan telah ditipu untuk mentransfer 220.000 euro atau sekitar Rp3.773.074.065 kepada penipu yang menggunakan kloning suara atasannya yang orang Jerman.

"Langkah-langkah untuk menangani teknologi baru dan ancaman yang dibawanya perlu dilakukan," tambah Bobritsky.

kloning suara
Berbicara di telepon merupakan salah paling umum untuk memastikan kebenaran orang itu. (123RF/rawpixel)

Perusahaan di seluruh dunia sebenarnya sudah melakukan ini, seperti dilaporkan situs berita spesialis kecerdasan buatan Venture Beat. Perusahaan semacam itu dapat memantau audio untuk melihat apakah itu palsu, mencari tanda-tanda seperti pengulangan, gangguan digital, dan penggunaan frasa atau kata-kata tertentu.

Sementara itu, pemerintah dan lembaga penegak hukum juga melihat masalah ini. Tahun lalu, Europol, badan penegak hukum Uni Eropa, mendesak negara-negara anggota untuk melakukan 'investasi signifikan' dalam teknologi yang dapat mendeteksi deepfake. Sementara itu, di AS, Negara Bagian California telah melarang penggunaan teknologi suara dalam kampanye politik. (aru)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan