Kisah Remaja Asal Pati Naik Haji Sendirian sambil Merawat Lansia yang Tak Ditemani Keluarganya
Senin, 26 Mei 2025 -
Merahputih.com - Yunita Dina Frida (19) tak menyangka bisa berangkat haji di usia yang masih muda. Perempuan remaja asal Pati Jawa Tengah ini, naik haji seorang diri tanpa ditemani orang tua dan orang yang dikenalnya.
Yunita tergabung dalam rombongan 3 kelompok terbang (Kloter) 51 Embarkasi Solo (SOC 51) yang terbang dari Embarkasi Donohudan, Boyolali pada 17 Mei 2025.
Dia mendapat kesempatan menunaikan rukun Islam ke lima karena menggantikan ayahnya yang wafat pada 2021.
“Seharusnya saya berangkat bersama mama pada 2022. Saat itu, saya mengurus semua berkas meski masih baru berusia 17 tahun,” kata Yunita di Makkah dikutip Senin (26/5).
Namun, dari pihak imigrasi menyatakan usianya belum memenuhi persyaratan.
“Akhirnya, saya menunda keberangkatan hingga tahun ini saat mendapat izin cuti kuliah,” sambungnya.
Baca juga:
Jemaah Termuda Berusia 18 Tahun Kenang Wasiat Almarhum Ayahnya hingga Mampu Naik Haji Tahun Ini
Mahasiswi Universitas Diponegoro Semarang ini mengatakan bahwa perjalanan spiritual ini bukan tanpa tantangan. Berangkat haji seorang diri tanpa pendamping keluarga, Yunita mengaku diliputi perasaan campur aduk.
Antara sedih karena harus meninggalkan keluarga di momen sakral dan cemas menghadapi perjalanan spiritual yang panjang.
“Apalagi ada rasa sepi di tengah ribuan jamaah lain yang kebanyakan didampingi keluarga,” ujarnya.
Di tengah jutaan jamaah haji dari berbagai belahan dunia, Yunita harus menjalani ibadah secara mandiri.
Namun, di balik itu semua, ia merasa bangga karena mampu menjalani dengan kekuatan diri sendiri. Tak hanya fokus pada ibadah pribadi, Yunita juga memikul tanggung jawab yang tidak ringan.
Ia mendapat tugas mendampingi tentangganya yang juga seorang jemaah lansia dari desanya, Punah Ngasidin (86). Sama seperti Yunita, Punah juga menunaikan ibadah haji seorang diri tanpa keluarga.
Baca juga:
Kisah Pahrul Syahputra, Dampingi Ibunda Berangkat Haji Gantikan Sang Ayah yang Meninggal Dunia
Yunita mengatakan bahwa ia merasa terpanggil secara pribadi dan sosial untuk membantu, apalagi setelah diminta secara langsung oleh anak Punah. Selama di tanah suci, Yunita memastikan kebutuhan Punah terpenuhi.
“Mendampingi saat sakit, membantu menjalani ibadah, dan menjaga beliau dengan sebaik mungkin,” tutur Yunita.
Yunita sudah membuatjadwal ibadahnya agar tetap bisa melaksanakan rukun haji secara khusyuk sembari memenuhi tanggung jawab pendampingan. Ia juga aktif berkoordinasi dengan petugas kloter dan kesehatan jika diperlukan.
Perjalanan haji Yunita merupakan potret tentang keberanian, tanggung jawab, dan kepedulian sosial. Ia tidak hanya menunaikan ibadah untuk diri sendiri tetapi juga menjadi pelayan bagi sesama. (Knu)