Kisah Jenderal Soedirman Kecil, Polemik Orang Tua Hingga Jajal Sekolah Eropa (3)
Senin, 29 Januari 2018 -
KEHARUMAN nama Jenderal Besar Soedirman ketika bergerilya melawan Belanda tak akan pernah lekang dimakan zaman. Tapi, apakah Sahabat MP tahu bagaimana kisah kelahirannya.
Kelahiran Soedirman bukan tanpa polemik. Dua versi mengenai siapa orang tua kandungnya sempat mencuat. Penasaran?
Siapa Orang Tua Kandung Soedirman
Kabar mengejutkan tentang orang tua kandung sang panglima besar terjadi saat Majalah Tempo menerbitkan edisi khusus bertajuk "Soedirman Seorang Panglima Seorang Martir", kemudian dibukukan dengan judul serupa, memuat kesaksian anak bungsu sang jendral, bernama Mohamad Teguh Bambang Tjahjadi.
Teguh berkisah kakeknya atau orang tua Soedirman bukanlah Karsid Kartawiradji dan Siyem, melainkan R Tjokrosoenarjo, Asisten Wedana atau Camat Bodas Karangjati, Purbalingga.
"Belum ada satu pun buku menulis soal ini (versi keluarga)," kata Teguh seperti dikutip Seri Buku Tempo: Tokoh Militer, Soedirman Seorang Panglima, Seorang Martir.
Keterangan Teguh membuka perspektif lain tentang orang tua kandung Pak Dirman. Sejarawan Anhar Gonggong, kata Teguh, pernah memberinya saran agar menuliskan semua riwayat Soedirman dari persepsi dan pengakuan keluarga. Namun, hingga saat ini dia belum pernah melakukan hal tersebut.
Di banyak sumber sezaman, maupun kesaksian para tokoh dan keluarga termasuk Mohammad Samingan, adik kandung sang jenderal, mengisahkan memang sedari usia dini dirinya dan kakaknya menjadi anak angkat Tjokrosoenarjo.
Ayahnya, Karsid Kartawiradji, seorang mandor tebu di pablik gula Kalibagor, mengantar istrinya, Siyem nan sedang hamil berkunjung ke kediaman kakaknya, Turidawati atau biasa disapa Tarsem.
Tarsem merupakan istri Asisten Wedana Bodas Karangjati, R Tjokrosoenaryo. Saat ingin pamit pulang, Tarsem tak mengijinkan dengan alasan kesehatan jabang bayi. Mereka untuk sementara dipersilakan tinggal di rumah tersebut hingga sang bayi lahir.
Pada Senin pon, 24 Januari 1916, Siyem melahirkan bayi laki-laki. "R Tjokrosoenarjo memberi nama Soedirman," tulis Soekanto SA, Perjalanan Bersahaja Jenderal Sudirman.
Tjokrosoenarjo kemudian mengangkat Soedirman dan Samingan sebagai anak. Setelah pensiun, Tjokrosoenarjo memilih pindah rumah di Kampung Kemanggisan, Cilacap, dan bertugas menjadi penasehat Pengadilan Negeri Cilacap.
Di kampung tersebut Soedirman menghabiskan masa kanak-kanak.
Riwayat Pendidikan Soedirman
Pada 1923 Soedirman mulai memasuki masa sekolah. Berkat status pamannya bekas pejabat, Soedirman saat itu berusia tujuh tahun bisa memperoleh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) setara sekolah dasar.
Di sekolah a la Eropa tersebut, Soedirman dikenal sebagai murid rajin, disiplin, dan pandai. Bahkan, kepandaian Soedirman di atas rata-rata murid lainnya. Di HIS itu pula, Soedirman semakin menunjukkan tanda-tanda keberhasilannya di masa mendatang.
Baca Juga: Meneladani Kehidupan dan Perjuangan Jenderal Soedirman
Baca Juga: Mengenang Kelahiran Panglima Besar Jenderal Soedirman (1)
Baca Juga: Misteri dan Teka-teki Tanggal Kelahiran Jenderal Soedirman (2)
Sepulang sekolah, Soedirman dan Samingan harus sianp-siap pergi ke langgar untuk mendaras kitab suci.
Setamat HIS, dan melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO; setingkat sekolah menengah pertama) kemudian pindah ke Parama Wiworotomo, Cilacap. Pada masa itu merupakan momen penting bagi Soedirman.
Di sekolah itu, Soedirman mulai mendapatkan pemahaman nasionalisme dari para guru yang aktif dalam organisasi Boedi Oetomo, seperti Raden Soemojo dan Soewardjo Tirtosoepono.
Di masa itu pula, Soedirman mulai aktif dalam organisasi kepanduan di bawah panji Muhammadiyah, Hizbul Wathan (HW). Di organisasi itu, ia menjadi seorang pandu penuh dengan tanggung jawab. (Noer Ardiansjah/bersambung)