Kementerian Molit Korsel Bantah Jeju Air Kecelakaan karena Localizer, Tabrakan dengan Burung Tetap Jadi Penyebabnya
Rabu, 08 Januari 2025 -
MerahPutih.com - Kementerian Agraria, Infrastruktur dan Transportasi (MOLIT) Korea Selatan menegaskan konstruksi localizer (pemancar) dan fondasinya di Bandara Internasional Muan sesuai regulasi, sehingga bukan menjadi penyebab kecelakaan pesawat Jeju Air 7C2216.
Menurut MOLIT, desain localizer dan fondasinya mematuhi standar keselamatan internasional. Namun, para ahli dalam dan luar negeri mengkritik struktur tersebut sebagai penyebab utama nyawa penumpang pesawat Jeju Air melayang, demikian seperti dilansir The Korea Times, Rabu (8/1).
Pada kecelakaan 29 Desember itu pesawat berhasil mendarat di bandara, namun meluncur melewati landasan dan bertabrakan dengan tembok localizer setinggi 2 meter, sehingga menyebabkan ledakan.
Standar Fasilitas Bandara dan Pemasangan Landasan menentukan area keselamatan ujung landasan (RESA) harus mencapai 90 meter dari ujung landasan, dengan rekomendasi perluasan hingga 240 meter jika memungkinkan.
Baca juga:
Korsel tak Libatkan Pejabat Pemerintah dalam Penyelidikan Jeju Air
MOLIT menjelaskan bahwa tinjauan mereka menyimpulkan bahwa persyaratan memperluas RESA "hingga" localizer sesuai dengan regulasi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Joo Jong-wan, kepala divisi kebijakan penerbangan, menyatakan bahwa interpretasi tersebut masuk akal dan sesuai pedoman.
Sementara itu, regulasi FAA Amerika Serikat menentukan fasilitas localizer harus berada "di luar" RESA.
"Terlepas dari kepatuhan terhadap peraturan, penekanan yang lebih besar seharusnya diberikan untuk memastikan keselamatan maksimum," kata Jong-wan.
Di lain hal, pemerintah secara resmi mengonfirmasi bahwa tabrakan burung terjadi selama kecelakaan pesawat Jeju Air.
Baca juga:
Jeju Air Sering Alami Penundaan 'Berantai' di 2024, Klaim karena Alasan Pemeliharaan
Menurut Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api, bulu ditemukan di salah satu mesin pesawat. Namun, apakah kedua mesin tersebut rusak saat kecelakaan masih dalam penyelidikan.
Lee Seung-yeol, kepala badan investigasi kecelakaan, mengatakan salah satu mesin jelas menunjukkan bukti adanya tabrakan burung. Namun, ia menegaskan perlu adanya investigasi lebih lanjut untuk menentukan apakah kedua mesin terkena dampak dari tabrakan dengan burung.
“Meskipun serangan burung itu parah, hal itu tidak serta-merta menyebabkan mesin mati," tegas Seung-yeol. (ikh)