Kelenteng Yogyakarta Perpaduan Budaya Tionghoa-Jawa
Jumat, 05 Februari 2016 -
MerahPutih Budaya - Di Kota Yogyakarta terdapat dua kelenteng, yakni Kelenteng Poncowinatan dan Kelenteng Gondomanan. Bila dipandang dari sisi depan bangunan, kedua kelenteng tak ubahnya kelenteng pada umumnya.
Namun, ada keunikan tersendiri dari dua kelenteng ini. Keduanya sama-sama memadukan unsur ke-Jawaan. Kelenteng Poncowinatan memiliki kekhasan tersendiri dari Kelenteng Gondongmanan. Kelenteng Poncowinatan memadukan unsur tradisi Jawa ke dalam ritual peribadahannya. Setiap ibadah Imlek, umat Tionghoa Kelenteng Poncowinatan menggunakan gunungan tumpeng.
"Isinya sama kayak tradisi Jawa. Isi tumpengnya sama saja, sama persis. Maksud dan filosifinya juga, yang gunungan tumpeng, ya podo wae," papar Margo, pengurus Kelenteng Poncowinatan saat ditemui merahputih.com, di Jalan Poncowinatan, Jetis, Kota Yogyakarta, kemarin, Kamis (4/2).
Tak hanya itu, salah satu sisi dinding di dalam kelenteng juga terdapat ornamen daun pisang. "Lihat juga itu (sambil menunjuk salah satu sisi dinding bangunan), ada ornamen daun pisang. Tradisi asli Cina mana ada seperti itu. Arti daun pisang di Jawa tahu gak? Artinya keteduhan," paparnya.
Sementara di Kelenteng Gondomanan, saat ditemui wartawan, Jumat (5/2), Ketua Kelenteng Gondoman Wijaya menyatakan bahwa salah satu atap bangunan kelenteng menerapkan kekhasan Jawa. Tepatnya berada di atap sumur dalam kelenteng. (fre)
BACA JUGA:
- Dewa Bumi Hok Ting Cin Sien, "Tuan Rumah" Kelenteng Gondomanan
- Pererat Kerukunan, Kelenteng Hok Tek Ceng Sin Bangun Altar Raden Suryakencana
- Amien Rais Sering Kunjungi Kelenteng Yogyakarta
- Dinilai Sakral, Kelenteng Poncowinatan Punya Kisah Aneh
- Kelenteng Poncowinatan, Rumah Ibadahnya Tionghoa Yogyakarta