Insiden Monas FPI VS AKKBB, Merembet Kemana-mana

Rabu, 01 Juni 2022 - P Suryo R

BEBERAPA kurun waktu ke belakang, Indonesia sempat mengalami insiden kekerasan. Tepatnya 1 Juni 2008 terjadi kekerasan di silang Monas. Padahal hari itu adalah peringatan hari Pancasila.

Di tengah maraknya isu penolakan mahasiswa terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) melakukan apel di Monas, memperingati hari Pancasila. Isu yang diusung membela kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Tak jauh dari lokasi, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) juga melakukan unjuk rasa. Aksi HTI saat itu dijaga Laskar Komando Islam. HTI dan Laskar Komando Islam yang diisi aktivis Front Pembela Islam memiliki perbedaan pandangan dengan AKKBB mengenai Ahmadiyah.

Baca Juga:

Rusuh Rasial 10 Mei 1963 Terbesar di Bandung

konflik
Munarman mengaku bertanggung jawab atas tindakan anak buahnya. (Foto: ANTARA/HO-Polda Metro)

Di tengah massa AKKBB menggelar apel, tiba-tiba massa berseragam FPI yang tadinya mengawal aksi HTI datang menyerbu dengan membawa kayu dan memukuli peserta apel AKKBB. Akibatnya korban luka pun berjatuhan dari massa AKKBB. Mantan Ketua YLBHI yang menjadi Panglima Komando Laskar Islam Munarman tengah berada di tengah anak buahnya yang memukuli massa AKKBB. Padahal selama di YLBHI, Munarman dikenal sebagai seseorang yang anti kekerasan.

Usai kejadian, perang di media massa pun terjadi. Saling mengadu ke Polda Metro Jaya dilakukan kedua kubu. Keduanya saling menuding mengenai siapa yang bersalah. FPI mengaku menyerang karena diprovokasi massa AKKBB. Bahkan mereka menyebut ada massa AKKBB yang membawa pistol. Terakhir diketahui pemegang pistol itu adalah anggota polisi yang mengantarkan keluarganya ikut aksi.

Selain saling tuding keduanya, polisi pun ikut dituding bersalah. Pasalnya, tidak mencegah peristiwa ini. Padahal polisi sudah tahu kedua massa yang bertentangan ini melakukan aksi di lokasi yang berdekatan.

Insiden ini menyita perhatian masyarakat dan menyebar semakin luas. Akibatnya, desakan pembubaran organisasi FPI pun muncul. Bahkan di beberapa daerah, markas FPI digeruduk massa dan meminta agar FPI membubarkan diri.

Di tengah pro dan kontra ini polisi pun akhirnya melakukan tindakan tegas. 4 Juni 2008 pagi, sekira seribu anggota Brimob dan Dalmas mengepung markas FPI di Petamburan. Target menangkap 34 orang pelaku kekerasan di Monas. Bahkan, pentolan FPI pun Habib Rizieq ikut dibawa ke Polda. Namun, Munarman yang berada di Monas saat itu malah menghilang.

Padahal sehari sebelumnya, dalam jumpa pers di markas FPI dengan suara lantang Munarman mengaku bertanggung jawab atas tindakan anak buahnya. Akhirnya, beberapa jam setelah pemerintah meneken SKB Ahmadiyah, Munarman pun menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya. (DGS)

Baca Juga:

Sukhoi Superjet 100 Menghantam Gunung Salak

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan