Ini Alasan Lagu Anak Jarang di Industri Musik Tanah Air
Jumat, 15 November 2024 -
Merahputih.com - Musisi Donne Maula menjelaskan fenomena jarangnya pengorbitan musik anak-anak di industri musik tanah air.
Popularitas lagu anak-anak 'mendem' di tengah bisingnya lagu-lagu dewasa populer. Hal ini menjadi persoalan mengapa anak-anak lebih akrab dan sering menyanyikan lagu orang dewasa ketimbang lagu anak.
Berdasarkan data yang dirilis Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2024 dalam dua tahun belakangan jumlah musik anak yang didaftarkan tak sefantastis dekade sebelumnya. Menurut AMI, tahun 2023 jumlah lagu anak berkisar 184 lagu dan tahun 2024 hanya 168 lagu.
Donne mengatakan fenomena berkurangnya jumlah lagu anak di tanah air karena pelaku di balik industri yakni produser dan penulis lagu yang hampir tidak ada.
"Karena memang yang membuat dan memproduksi lagu itu jarang," ujar Donne yang menghadiri launching debut Gempi "Ajaib" di Eco City Park, Jakarta Pusat, Kamis (14/11).
Baca juga:
Gempita Debut Nyanyi, Ceritakan Hubungan Harmonis dalam 'Ajaib'
Sehingga tidak mengherankan banyak anak yang menyanyikan lagu orang dewasa. "Banyak anak kecil sekarang yang menyanyikan lagu dewasa yang seharusnya tidak dinyanyikan sebenarnya," kata dia.
Dari kondisi tersebut, Donne menyarankan musisi lebih mawas membuat karya. Seperti dirinya sendiri, selalu konsen terhadap penyusunan lirik dalam lagu-lagunya.
"Dalam penulisan lirik di lagu-lagu dewasa pun kita konsen banget, kita gak pernah tahu siapa yang mendengarkan, siapa yang menyanyikan," kata dia.
Sementara itu, Dosen Psikologi Perkembangan Fakultas Ilmu Kedokteran (FK) UNS, Berliana Widi Scarvanovi menjelaskan dampak musik orang dewasa yang didengar oleh anak. Ia mengatakan anak akan mendapatkan stimulus, dimana tema yang tidak sesuai dengan masa perkembangan psikologinya.
"Apalagi yang bertemakan percintaan antara laki-laki dan perempuan. Secara psikologis, ada tahapan perkembangan sejak bayi hingga dewasa, dengan target dan standarnya masing-masing. Anak usia 1 – 6 tahun harus mendapatkan stimulus tentang apa yang bisa mereka lakukan, bagaimana melakukannya, dan kapan melakukannya. Anak-anak ini sedang bereksplorasi, dan seni harus bertema tentang diri sendiri atau manajemen diri dan menguasai lingkungan," kata Widi dikutip dari laman UNS, Kamis (14/11).
Dari pemaparan Widi, bahwa umur menjadi acuan penentu musik yang didengar anak. Anak dengan usia sekolah SD memasuki masa perkembangan fungsi kognitif. Jika anak mendengarkan lagu-lagu orang dewasa namun tidak ada pendampingan memahami diksi lagu risikonya anak mendapatkan jawaban yang salah pula. Sehingga bisa menjadi motivasi dipraktikan.
Baca juga:
My Favorite Dream Album Debut John Legend di Lagu Anak-Anak Masuk Nominasi Grammy
“Anak-anak mendapatkan informasi dan stimulasi yang tidak sesuai dengan usianya. Dampak lainnya bisa beragam. Menurut saya salah satu dampaknya adalah berpacaran di usia dini. (Mereka) mendapatkan stimulasi dari lagu dan film yang diberi label 'Parental Advisory', tetapi mereka menonton dan mendengarkannya dengan bebas,” ujar dia.
Dalam pemaparan tersebut, Donne pun mengharapkan akan banyak para pelaku musik yang menaruh minat perkembangan lagu-lagu anak.
"Kita berharap kedepannya dengan adanya lagu "Ajaib" Gempi ini makin banyak musisi muda dan produser lainnya untuk produseri lagu anak. Kita musisi-musisi dewasa buat lagu anak kita sangat bangga dan berusaha membesarkan lagu ini," kata Donne. (Tka)