Harapan Keturunan Marhaen Pada Pemerintah Jokowi
Rabu, 01 Juni 2016 -
MerahPutih Nasional - Banyaknya pengunjung Pemakaman Marhaen yang tidak tentu waktunya, menyebabkan kegelisahan tersendiri bagi wanita paruh baya bernama Ait (53). Ait merupakan cucu Marhaen. Pasalnya, Ia mengaku seringkali dijanjikan akan direnovasi rumahnya oleh tamu yang datang yang mengaku dari Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
“Kalau ada yang datang ke makam, suka foto rumah saya, mereka bilang katanya mau diajukan untuk renovasi rumah, tapi sampai sekarang, tidak ada kelanjutan sama sekali”, ujar Ait dengan nada tinggi.
Menurut penuturan Ait, Marhaen hanya memiliki satu anak bernama Udung. Dari keturunan Udung, Marhaen memiliki 7 Cucu, Salah satunya adalah Ait. Ait adalah satu-satunya perempuan yang tinggal di dekat makam kakeknya. Saudara laki-lakinya masih ada 3 orang yang masih hidup. Salah satunya adalah Haji Darman yang tinggal di Bogor. Haji Darman diketahui pensiunan TNI Angkatan Darat. Ia merupakan satu-satunya keturunan Marhaen yang dianggap telah mencapai sukses dibanding saudaranya yang lain.
Makam Marhaen menjadi milik bangsa Indonesia secara umum setelah dikukuhkannya nama tersebut menjadi nama ajaran Bung Karno “Marhaenisme”.
“Uyut saya (Marhaen) memang bukan orang besar, hanya seorang petani biasa yang pernah hidup dan kemudian meninggal di Kampung ini (Cipagalo). Namun kalau memang pemerintah mau memperbaiki jangan setengah-setengah, jangan cuma janji-janji tapi tidak ada buktinya," sambung Ipah Saripah, cicit dari Marhaen.
Ipah menuturkan bahwa keadaan makam sudah lumayan baik, hanya saja akses menuju makam sangatlah menyusahkan para peziarah yang datang. Lokasinya berada di belakang perumahan mewah Batu Nunggal dengan kondisi yang terkesan belum rapih. Di depan makam terdapat kandang bebek milik warga setempat.
“Harapan saya kepada Pemerintah Jokowi coba perhatikan kondisi kami disini. Di sekeliling makam masih tidak terawat. Jalan menuju makam saja sulit masuk mobil," ujarnya.
“Terakhir makam ini dikelola oleh Pak Sutarman dari Yayasan Saluyu, tapi sudah meninggal. Sejak itu saya tidak pernah menerima kabar bantuan lagi dari pemerintah," ujar Ipah penuh harap.(Zal)
BACA JUGA:
Marhaen, Petani Miskin yang Mengilhami Bung Karno
Padi MSP, Marhaen dan Puti Guntur Soekarno