'Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing': Angkat Kisah Heroik Pangeran Antasari
Rabu, 25 Oktober 2017 -
PERANG Banjar pecah tatkala Pangeran Antasari dan pasukannya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron pada April 1859. Bersama 300 prajurit, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang Sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.
Pasukan Belanda yang ditopang bala bantuan dari Batavia berhasil mendesak pasukan Pangeran Antasari. Akhirnya pangeran memindahkan pusat benteng pertahanan. Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah. Namun ia tetap bertahan. Tergambar pada suratnya yang ditujukan kepada Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin pada 20 Juli 1861.
"Dengan tegas kami terangkan kepada tuan. Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut kemerdekaan," ujarnya.
Layar lebar
Kisah heroik Pangeran Antasari itu diangkat ke layar lebar dengan judul 'Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing'. Film mengenai kepahlawan pejuang asal Tanah Banjar itu kini sedang dalam proses pengambilan gambar di sejumlah lokasi di Kalimantan Selatan.
"Ada sekitar 50-an orang kru kami dari Jakarta sedang di lapangan," ungkap produser Egy Massadiah.
Aktor pendukung film 'Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing' ini hampir semuanya lokal lantaran banyak dialog yang menggunakan bahasa daerah Banjar. Hanya tokoh-tokoh utama yang dimainkan aktor dari Jakarta, yaitu Helmalia Putri sebagai istri Pangeran Hidayatullah dan Egy Fadly selaku pemeran Pangeran Antasari.
Seniman dan budayawan terkemuka asal Banjar, Yadi Muryadi juga terlibat langsung dalam produksi film ini. "Kami sangat bangga bisa mewujudkan film ini dan melibatkan banyak pemain lokal yang memang sehari-hari menggeluti dunia seni peran," kata Yadi, seperti dikutip dari ANTARA.
Film yang melibatkan 150-an pemain ini disutradarai sutradara senior sekaligus dosen IKJ, Irwan Siregar. Dibagi menjadi dua segmen, film menceritakan perjuangan Pangeran Antasari era 1850-an dan zaman sekarang.
Dukungan pemerintah daerah
Film berdurasi 100 menit ini didukung Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor yang amat mencintai dunia kebudayaan, khususnya seni peran dan teater. "Ini film edukasi tentang pahlawan Banjar. Banyak keteladanan yang bisa dipetik oleh generasi sekarang," ungkap pria yang akrab disapa Paman Birin ini.
Tak mudah mempelajari sejarah. Namun, melalui film, masyarakat akan lebih mudah memahami sejarah. (*)