Eyelike, Gantungan Kacamata yang Berkelanjutan

Jumat, 23 September 2022 - Hendaru Tri Hanggoro

MASALAH timbunan sampah di Indonesia memang bikin mumet. Sudah sampahnya bikin rusak lingkungan, ditambah lagi lama terurainya. Masalah ini belum bisa ditangani secara tuntas di Indonesia. Ini lantaran sistem pengolahan sampah yang belum maksimal dan tak adanya penyortiran dalam pembuangan sampah.

Daripada mengeluh melulu, kita bisa mengambil inspirasi dari beberapa orang atau kelompok yang sudah menyumbang cara mengatasi masalah tersebut. Sekarang mulai banyak UMKM membuat produk yang sustainable dengan menyalin rupa (upcyle) barang bekas.

Salah satunya Eyelike, jemana asal Bali yang menjual gantungan kacamata, ponsel, dan masker. “Hampir semua (bahan pembuatannya-Red.) daur ulang. Semua stainless-nya upcyle. Jadi kita cari metal yang semuanya bekas, terus dileburkan, terus kita cetak lagi,“ ungkap Noran, Co - Partner dari Eyelike kepada Merahputih.com.

Baca juga:

Jualain Fesyen Berkelanjutan dalam koleksi 'Bloom in September'

eyelike
ntuk karet pengait kacamata, Eyelike menggunakan karet bekas ban mobil yang disalinrupa dalam bentuk baru (upcycle). (Foto: Merahputih.com/Nabila)

Penggunaan bahan stainless dianggap lebih kuat dan tidak mudah pudar. Bahan ini juga tidak memberikan dampak alergi berupa gatal-gatal dan kemerahan pada kulit. Untuk karet pengait kacamata, Eyelike menggunakan karet bekas ban mobil yang disalinrupa dalam bentuk baru (upcycle).

Rubber terbuat dari bekas karet ban mobil. Kenapa kita pilih itu? Selain upcycling juga, mereka jauh lebih kuat. Mungkin karena karet ban kali ya,” tambahnya.

Noran mengungkapkan bahwa pemilihan bahan-bahan yang kuat dilakukan untuk menghasilkan produk tahan lama. Dengan begini, dia bertekad mengurangi limbah yang sudah menumpuk di Indonesia.

Baca juga:

Uniknya Tas Rajut Dari Limbah Pakaian

eyelike
Pemilihan bahan-bahan yang kuat dilakukan untuk menghasilkan produk tahan lama. (Foto: Merahputih.com/Nabila)

Selain itu, Noran juga memperbolehkan para pelanggannya untuk membeli beberapa bagian yang hilang atau rusak saja. Tanpa harus membeli keseluruhannya.

Dalam sehari mereka mampu membuat 4-5 gantungan kacamata yang cantik dan mewah tersebut. Pembuatan seluruh desainnya dilakukan di Berlin. Sedangkan untuk pengrajinnya berasal dari warga lokal Bali. Mereka bekerja maksimal delapan jam sehari.

“Kita pengen mereka juga merasa enggak kayak burnout. Kalau mereka happy, mereka akan made this with passion juga. Enggak cuma asal kelar. Mereka akan peduli dengan karya mereka,” ungkap perempuan berambut panjang tersebut.

Beberapa pengrajin tersebut mempunyai leluhur pembuat perhiasan untuk kerajaan. Keahlian ini terbilang sudah langka. Tergerus waktu. Dengan mempekerjakan pengrajin lokal yang mempunyai pertautan dengan leluhur, berarti UMKM ini ikut membantu mempertahankan transmisi pengetahuan. (nbl)

Baca juga:

Hooman.id, Membeli Berarti Berdonasi

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan