Beragam Cara Taklukan Ujian Nasional Saat Ngilmu di Negeri Aing

Kamis, 08 Juli 2021 - Andreas Pranatalta

BEL sekolah berbunyi. Tanda Ujian Nasional (UN) hari pertama dimulai. Telapak tangan mulai basah keringat. Kaki menjungkat-jungkit tak beraturan. Rasa cemas mulai menyeruak ketika satu pun soal ujian tak dipahami. Ditambah lagi dua penjaga ujian, guru dari sekolah berbeda, terus mengawasi secara cermat. Dua puluh lima menit pertama berlalu tetapi lembar jawaban masih kosong.

Mata mulai melirik mencari peluang agar tangan bisa meraih kaus kaki. Satu pengawasa beralih ke sisi meja bagian luar menjauh. Peluang pun muncul. Dengan seolah menggaruk bagian kaki, gulungan kertas kecil berhasil diraih. Perlahan diangkat, diletakan persis di bawah kertas soal, lalu diintip sekali-sekali.

Baca juga:

Ragam Tipe Anak Ekskul Ketika Ngilmu di Negeri Aing Masih Tatap Muka

Lima belas menit berlalu akhirnya sebagian lembar jawaban terisi berkat contekan di gulungan kertas. Sisanya? Tinggal membuat kode teman di meja seberang kebetulan memang juara kelas. Baru mau kasih tanda, pengawas di depan beteriak. "Jangan bisik-bisik. Sekali lagi saya suruh keluar!".

Jantung kembali berdebar. Masih ada tujuh soal belum terisi. Mau capcipcup tapi takut hasilnya buruk. Enggak lulus, mengulang setahun lagi, tentu aib besar. Bisa-bisa kena marah orangtua saban hari. Di menit akhir pengumpulan, teman tersebut melempar kertas, lalu jatuh persis di atas meja. Langsung saja ditutup lembar soal, sebelum ketahuan pengawas.

Saat pengawas hilang radar, contekan dibuka lalu langsung menandai jawaban. Lembar jawaban pun penuh tepat beberapa detik sebelum waktu pengumpulan. Sedikit lega! Tinggal menunggu hasil. Ujian jam kedua tak juga ada kendala besar. Semua selesai tepat waktu.

Pulang sekolah, mendadak jadi rajin menghampiri Masjid dekat rumah. Bahkan sudah pakai sarung lengkap sebelum azan berkumandang. Setelah selesai salat, tak langsung buru-buru pulang, karena khusyuk berdoa sampai tinggal sendirian. Selama UN sampai pengumuman kelulusan kebiasaan baru tersebut terus lestari. Malah tambah lama di sesi doa setelah salat semalam sebelum pengumuman kelulusan.

Sebelum tahun 2018, seluruh sekolah menerapkan UN sebagai syarat mutlak kelulusan. Hampir seluruh siswa menantikan kelulusan dengan rasa cemas. Begitu surat kelulusan diraih dan hasilnya dinyatakan lulus sontak rasa haru, gembira, bercampur-baur.

Beragam Cara untuk Taklukan Ujian Nasional di Negeri Aing
Kitab sebelum menghadapi UN. (Foto: Instagram/solusibuku)

Bagi para alumni pernah meraskan ketegangan UN sebagai penentu kelulusan, tentu punya kenangan begitu lekat dengan masa-masa tersebut.

Segala persiapan mulai dilakukan seperti try out, ujian praktik, dengan harapan agar hasil UN maksimal atau minimal lulus. Kalau IPA ada Fisika, Kimia, dan Biologi, sedangkan IPS ada Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi. Setiap tahun tentu ada perubahan dalam mata pelajaran UN di jurusan.

Buat berlatih di rumah, biasanya ada ancang-ancang dengan membeli buku kumpulan soal ujian 'segede gaban', seperti Sukses Ujian Nasional Tahun 2016/2017, Dijamin Lulus 100 Persen, atau Detik-Detik Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan isi soalnya bisa sampai lima tahun ke belakang. Saking legend-nya buku tersebut, sampai sekarang masih terbayang aroma khas dari halaman per halamannya.

Tahu sendiri kan harga buku kumpulan soal ujian itu enggak murah? Eh ujung-ujungnya, cuma halaman depan saja tuh mampu dikerjakan, sisanya keburu malas duluan karena melihat ketebalannya. Namun, enggak apa-apa, at least kamu dicap ada kemajuan dari circle pertemanan kamu.

Menjelang UN, salah satu pihak diuntungkan adalah tempat bimbingan belajar alias bimbel. Anak-anak jarang belajar seolah terketuk pintu hatinya untuk bela-belain masuk bimbel favorit demi lulus UN. Meski ujung-ujungnya pakai kunci jawaban hasil contekan teman juga sih. Fase bimbel dan mengikuti tambahan pelajaran di sekolah menjadi momen jiwa liburanmu beteriak di kepala. Ajakan main dari teman terpaksa dibatalkan mengingat beberapa hari lagi UN akan dimulai.

Sudah pusing di bimbel, eh masih ada try out yang diadakan secara berkala untuk menguji kemampuanmu. Bukan rahasia lagi kalau try out tingkat kesulitannya mirip dengan UN sebenarnya. Bila enggak bisa mengerjakan, kamu pun mulai pasrah di UN nanti. Apalagi kalau ada teman celetuk, “Apaan nih? Gampang banget! Duh, gue sih siap banget UN kalau begini soalnya".

Baca juga:

Guru Jangan Sampai Lengah Tipu Daya Siswa Saat Belajar Daring

Beragam Cara untuk Taklukan Ujian Nasional di Negeri Aing
Bimbel jadi andalan sebelum UN. (Foto: Instagram/brainsmartbimbel)

Di satu sisi, kita diuntungkan dengan adanya UN karena ‘domba hilang akan datang kembali’, alias mendekatkan diri dengan Tuhan. Biasanya ke gereja cuma pas Natal doang (itu juga kalo ingat), sekarang rajin ikut misa. Biasanya Jumatan aja enggak, sekarang rajin salat berjamaah. Jika UN diadakan tiap bulan, Indonesia menjadi bangsa taat agama.

UN pun dimulai, solidaritas antarkelas bahkan dengan sekolah lain mulai terjalin demi mendapatkan kunci jawaban. Mereka rela mengumpulkan uang jajan demi bisa lancar menjawab soal-soal UN melalui cara-cara ilegal. Beberapa hari menjelang UN, mereka sudah menemukan kunci jawaban dari masing-masing mata pelajaran. Kunci jawabannya juga bermacam-macam, ada langsung menyebut abjad atau dengan kode-kode tertentu. Jika cocok dengan soal diberikan, maka beruntunglah mereka mendapatkan nilai bagus.

Momen paling bikin deg-degan justru ketika penjaga ruangan bolak-balik memperhatikan para peserta UN. Sungguh mati, detak jantung kalah cepatnya dibandingkan nembak gebetan. Masalahnya kalau ketahuan, udah deh brabe! Nilai UN bakalan jeblok dan kemungkinan besar tidak lulus.

Serunya lagi ketika diskusi setelah tes, jawaban ternyata beda sendiri sama teman-teman lain bikin jadi overthinking, lemas, dan badmood karena takut mendapat nilai jelek.

ujian nasional
Perlengkapan tempur khas UN. (Foto: Instagram/demii_nj)


Selesai UN, bukan berarti kamu lega. Menjelang pengumuman kelulusan, masih dibuat harap-harap cemas sama hasilnya, ditambah tuntutan orang tua soal jurusan kuliah dan universitas mana harus diambil. Di tahap ini juga beberapa siswa kembali berharap pada Tuhan dengan banyak beribadah agar mereka dinyatakan lulus.

Tentu masih banyak kenangan di masa-masa UN. Para siswa harus berjuang demi bisa lulus dan lanjut ke jenjang pendidikan berikutnya. Pulang sekolah ketika cuaca masih terang pun jadi satu hal sederhana rasanya sulit didapatkan ketika berada di bangku kelas akhir. Siswa memberikan dedikasi penuh dan fokus pada mata pelajaran di sekolah dan bimbel. Makanya, banyak kejadian putus asmara dengan alasan “Aku mau fokus ke UN dulu.”

Pemerintah pun kini sudah tidak lagi menetapkan UN sebagai penentu tunggal kelulusan. Semuanya ditentukan sekolah dengan sistem Ujian Sekolah (US) dan nilai afektif dari siswa itu sendiri. (and)

Baca juga:

Momen Paling Bikin Adrenalin Terpacu Saat Belajar Tatap Muka

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan