Apakah kekalahan Telak PDIP di Pilkada Akan Berpengaruh di Pileg dan Pilpres?

Kamis, 28 Juni 2018 - Andika Pratama

MerahPutih.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) telah melakukan rekapitulasi hasil Pemilihan Kepala Daerah serentak (Pilkada) 2018. PDIP memenangi 97 pilkada dari total 171 daerah yang melaksanakan.

Dari 17 Pilgub 2018, PDIP kalah di 11 wilayah. Partai besutan Megawati Soekarnoputri itu hanya menang di 6 provinsi yakni di Jawa Tengah, Bali, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Sulawesi Selatan.

Pengamat politik Burhanudin Muhtadi mengatakan, sejak Pilkada pertama yang digelar pada 2005 tidak ada hasil yang berbanding lurus antara Pilkada dengan Pemilihan legislatif maupun presiden.

Gus Ipul saat makan nasi bungkus bersama warga di Pasar Benowo, Surabaya. (Budi Lentera)

"Sejak 2005 rezim Pilkada kita sampai sekarang tidak ada hasil yang linier antara Pilkada dengan Pileg maupun Pilpres," kata Burhadunin, Kamis (28/6).

Direktur Eksekutif Indikator Politik ini lantas mencontohkan, sejak Pilkada 2005 calon yang diusung Partai Golkar selalu menang. Namun, di sisi lain Golkar tidak pernah mampu memenangkan Pileg maupun Pilpres.

"Golkar calon yang didukung selalu menang di Pilkada sejak 2005. Tapi sejak rezim Pilkada juga Golkar tidak pernah menang Pileg dan Pilpres," jelas dia.

Menurut Burhanudin, dukungan partai terhadap calon kepala daerah juga tidak linier dengan hasil Pilkada. Dia menilai, kekuatan figur menjadi faktor yang menentukan untuk memenangkan pesta demokrasi lokal.

Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus didampingi Politisi PDI PerjuanganTrimedya Panjaitan (kanan) memberikan keterangan hasil hitung cepat lembaga survei Pemilihan Gubernur Sumut 2018 di Medan, Sumatera Utara, Rabu (27/6). Pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus menyatakan hasil perolehan suara pemilihan Gubernur Sumut tetap menunggu real count dari hasil rekapitulasi KPU Sumut. ANTARA FOTO/Septianda Perdana

"Jadi kalau partai mencalonkan calon yang sesuai dengan preferensi atau aspirasi pemilih itu akan lebih mudah untuk memenangkan. Tetapi ujungnya yang paling kuat adalah kekuatan figur," ungkapnya.

Meski demikian, kata Burhanudin, masih ada kesempatan bagi partai yang mengalami kekalahan dalam Pilkada. Dia menyarankan partai tersebut untuk segera melakukan konsolidasi jelang Pemilu 2019.

"Jadi ada ruang lah untuk partai partai yang calonnya kalah di Pilkada untuk segera bangkit. Masih ada ruang buat mereka untuk konsolidadi diri jelang Pileg dan Pilpres 2019," pungkas Burhanudin. (Pon)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan