Punya Banyak Buku Tapi Tak Pernah Dibaca? Mungkin Kamu Mengalami Tsundoku

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Selasa, 17 Agustus 2021
Punya Banyak Buku Tapi Tak Pernah Dibaca? Mungkin Kamu Mengalami Tsundoku

Tsundoko, kebiasaan membeli buku yang tidak pernah dibaca. (Foto: Unsplash/@Darwin Vegher).

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PERNAH enggak pergi ke toko buku dan lapar mata? Semua sampul terlihat sangat menawan dan menggiurkan. Tanpa pikir panjang kamu membawanya ke kasir dan membayar. Namun, bukannya langsung dibaca kamu malah hanya menyimpannya dan membiarkannya tergeletak begitu saja.

Tak berapa lama, kamu kembali melangkahkan kaki ke dalam toko. Melihat lagi buku baru yang sepertinya seru, membelinya, dan tidak membacanya lagi. Lucunya, siklus ini terjadi terus menerus. Kalau kamu salah satu pelakunya, artinya kamu mengalami fenonema Tsundoku.

Baca juga:

Perpustakaan Bukan Cuma Tongkrongan Si Kutu Buku

Punya Banyak Buku Tapi Tak Pernah Dibaca? Mungkin Kamu Mengalami Tsundoku
Istilah ini digunakan untuk mereka yang selalu membeli buku namun malah membiarkannya menumpuk dan tidak dibaca. (Foto: Unsplash/@Florencia Viadana)

Tsundoku, melansir laman Open Culture, merupakan istilah untuk menggambarkan kebiasaan membeli banyak buku yang pada akhirnya tidak dibaca. Kata tersebut berasal dari awal Jepang modern, tepatnya era Meiji dari tahun 1868 hingga 1912.

Awalnya diambil dari permainan kata-kata. Secara harafiah, Tsundoku berarti tumpukan bacaan. Sedangkan dalam penulisan bahasa Jepangnya ditulis sebagai Tsunde oku yang berarti membiarkan sesuatu menumpuk.

Seiring waktu, mereka menukar kata oku di tsude oku menjadi doku. Akan tetapi karena tsundo doku sulit untuk diucapkan, akhirnya digabungkan menjadi Tsundoku.

Biasanya semua bermula dari kegiatan menundu-nunda. Berjanji akan membacanya, namun tak ada kesempatan. Ditambah dengan keinginan kuat untuk selalu membeli buku baru akhirnya membuat semuanya jadi menumpuk. Sampai-sampai kewalahan sendiri menghadapi banyaknya buku yang belum dihabiskan.

Baca juga:

Manfaat Rutin Bacakan Buku kepada Bayi

Pertanyaannya, apakah Tsundoku merupakan sebuah kesalahan? Kalau melihat tujuan awalnya, sebenarnya jawabanya tidak karena pelakunya memang mempunyai keinginan untuk membaca.

Selain itu, Tsundoku juga memberi motivasi yang mendorong seseorang untuk kembali merobek plastik pembungkus dan mulai membalik halaman-halaman baru.

Apalagi buku adalah jendela dunia, jadi membeli buku seharusnya bukanlah sebuah kejahatan. Keuntungan berikutnya, Tsundoku ini memungkinkan seseorang untuk membaca kapanpun dimanapun karena tempat mereka sudah seperti perpustakaan.

Punya Banyak Buku Tapi Tak Pernah Dibaca? Mungkin Kamu Mengalami Tsundoku
Kebiasan Tsundoku akan membuatmu kewalahan karena merasa tertekan harus menghabiskan buku yang sudah dibeli. (Fotoz; Pexels/@Andrea Piacquadio)

Sayangnya, ada pula dampak buruk dari kebiasaan ini. Mereka jadi memiliki perasaan depresi untuk menmpuknya. Motivasi dan rasa ingin tahu di awal akhirnya dibajak oleh perasaan tertekan. Mau tidak mau harus dibaca agar tidak rugi karena sudah mengeluarkan banyak uang.

Lebih lanjut, semakin lama kebiasaan ini dipelihara, maka seseorang akan jadi lelah sendiri karena secara tak langsung harus bertanggung jawab dengan semua buku yang belum disentuh. Belum lagi tempatmu akan terlihat sangat berantakan penuh dengan buku-buku yang bertebaran.

Lantas, bagaimana cara terbaik untuk menghentikan kebiasaan ini? Laman Medium membagikan setidaknya lima cara mudah untuk membantumu yang sering Tsundoku. Pertama dengan membatasi jumlah pembelian buku.

Misalnya hanya boleh tiga buku selama satu bulan. Kemudian tips berikutnya masih berkaitan yaitu cari buku yang memang benar-benar membuatmu tertarik. Kenali dulu kesukaanmu dan jangan membeli buku secara asal.

Ketiga, jangan biarkan buku menumpuk dalam waktu yang terlalu lama. Melihat buku-buku dalam tumpukan akan membuatmu semakin terdorong untuk melakukannya lagi dan lagi.

Selanjutnya, jual atau donasi buku-buku Tsundoku. Lebih baik memberikannya pada orang yang benar-benar membaca daripada dibiarkan begitu saja menjadi sarang debu.

Terakhir, berhenti membaca kapanpun. Jangan jadikan kegiatan membaca sebuah kewajiban. Jalankan dengan santai agar tidak tertekan dan depresi. Dengan demikian kegiatan ini akan jadi sebuah hal yang menyenangkan sehingga kamu bisa lanjut membaca buku di tumpukan berikutnya. (sam)

Baca juga:

Perut Mulas di Toko Buku? Mungkin Kamu Mengalami Fenomena Mariko Aoki

#Buku
Bagikan
Ditulis Oleh

Samantha Samsuddin

Be the one who brings happiness

Berita Terkait

Fun
Si Juki Gandeng Dewa Manga Osamu Tezuka dalam Operasi Bersama Blackjack di Kyokarta
Pihak studio Blackjack merekomendasikan karakter IP-nya mengikuti visual Juki.
Wisnu Cipto - Sabtu, 20 September 2025
Si Juki Gandeng Dewa Manga Osamu Tezuka dalam Operasi Bersama Blackjack di Kyokarta
Fun
Gim ‘Candy Crush’ Rilis Buku Masak
menghadirkan resep seperti Color Bomb Cake, Rainbow Twist Treats, hingga Licorice Swirl Squares.
Dwi Astarini - Senin, 21 Juli 2025
  Gim ‘Candy Crush’ Rilis Buku Masak
Fun
'Bunga Besi' Tida Wilson Hadirkan Panggung Puisi, Musik Eksperimental, dan Pameran Visual
Peluncuran Bunga Besi bukan sekadar perayaan buku, tapi juga penghayatan kolektif terhadap kata-kata yang menjelma menjadi pengalaman multisensori.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 31 Mei 2025
'Bunga Besi' Tida Wilson Hadirkan Panggung Puisi, Musik Eksperimental, dan Pameran Visual
Fun
Peluncuran Bunga Besi: Perayaan Sastra Visual dan Kolaborasi Lintas Disiplin
Bunga Besi hadir sebagai perpaduan puisi dan artbook yang menawarkan pengalaman membaca yang segar dan mendalam.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 10 Mei 2025
Peluncuran Bunga Besi: Perayaan Sastra Visual dan Kolaborasi Lintas Disiplin
Dunia
Perayaan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia 2025, Jembatan Antargenerasi dan Lintas Budaya
Hari Buku dan Hak Cipta Dunia diperingati tiap 23 April untuk menghargai kekuatan buku dan hak cipta dalam mempromosikan pendidikan dan budaya.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 23 April 2025
Perayaan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia 2025, Jembatan Antargenerasi dan Lintas Budaya
ShowBiz
Pecahkan Rekor, Buku Taylor Swift Terjual 814 Ribu Eksemplar
Penjualan Taylor Swift | The Eras Tour Book laris manis.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 06 Desember 2024
Pecahkan Rekor, Buku Taylor Swift Terjual 814 Ribu Eksemplar
Fun
20 Tahun di Industri Komunikasi, TALKINC Luncurkan Buku Perdananya
TALKINC akhirnya meluncurkan buku untuk individu agar dapat mengembangkan diri.
Ikhsan Aryo Digdo - Rabu, 27 November 2024
20 Tahun di Industri Komunikasi, TALKINC Luncurkan Buku Perdananya
Fun
'Jantung' Tulisan Fiksi, Simak Ciri dan Contoh Teks Deskriptif
Kemampuan menulis teks deskriptif sangat penting sebagai kekuatan utama atau jantung dalam tulisan fiksi seperti novel.
Wisnu Cipto - Minggu, 10 November 2024
'Jantung' Tulisan Fiksi, Simak Ciri dan Contoh Teks Deskriptif
Fun
Seberapa Penting Membaca Sinopsis dalam Melihat Buku dan Karya?
Sinopsis membantu audiens untuk mengetahui apakah sebuah karya sesuai dengan minatnya.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 07 November 2024
Seberapa Penting Membaca Sinopsis dalam Melihat Buku dan Karya?
Fun
Mengetahui Arti Epilog, Bagian Penting dari Karya Sastra
Epilog menawarkan gambaran atau refleksi tentang apa yang terjadi setelah peristiwa-peristiwa penting dalam cerita.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 18 Oktober 2024
Mengetahui Arti Epilog, Bagian Penting dari Karya Sastra
Bagikan