Polemik Likuifaksi di Bandung, Peneliti LIPI: Potensi dan Rawan Itu Beda
Peneliti Geoteknologi LIPI Adrin Tohari (Foto: lipi.go.id)
MerahPutih.Com - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrin Tohari membantah keras publikasi Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) yang menyatakan beberapa wilayah di Bandung rawan terjadi likuifaksi.
"Tanah di Kota Bandung bagian selatan dan timur memiliki struktur tanah lempung, secara teori tidak akan mengalami likuifaksi," ujar Peneliti Puslit Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari di Jakarta, Jumat (12/10).
Peneliti Bidang Geoteknologi ini menegaskan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Geoteknologi LIPI, struktur bawah tanah di Cekungan Bandung berupa tanah lempung dan tidak ditemukan adanya pasir hingga kedalaman 15 meter.
Untuk bisa terjadi likuifaksi atau hilangnya kekuatan tanah sehingga tidak memiliki daya ikat, ada beberapa syarat seperti adanya pasir di bawah tanah, muka air tanah yang dangkal, dan ada sumber titik gempa di wilayah tersebut.
Namun berdasarkan penelitian LIPI bahwa struktur tanah di Cekungan Bandung berupa tanah lempung. Tanah lempung ini merupakan akumulasi dari endapan danau Bandung purba yang telah mengering jutaan tahun lalu. Adrin menyatakan potensi dan rawan itu beda. Untuk tanah di Bandung baru berpotensi terjadi likuifaksi bukan rawan.
"Berdasarkan teori tanah lempung itu tidak akan mengalami likuifaksi. Lempungnya lempung lunak jadi tidak akan mengalami likuifaksi," kata Adrin Tohari.
Struktur tanah ini terjadi karena partikel-partikel halus yang tidak mengalami pemadatan akibat kondisi air yang tenang bekas danau purba, sehingga menghasilkan tanah lempung.
"Ga ada endapan lain, ga terendapkan di lapisan lempung itu. Jadi lempung itu tidak mengalami pemadatan sehingga kondisi sekarang masih lunak," katanya.
Menurutnya, masih ada kerawanan lain yang menjadi konsekuensi dari struktur tanah lempung ini yakni getaran atau guncangan yang akan sangat terasa jika terjadi gempa.
Adrin menyebut penguatan getaran atau goncangan keras tersebut dengan istilah amplifikasi.
"Yang harus diwaspadai fenomena amplifikasi atau penguatan getaran gempa. Karena kalau di tanah lunak itu getaran akan terasa kuat," kata Adrin Tohari sebagiamana dilansir Antara.
Sebelumnya, Kepala Sub Bidang 1 Perencanaan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (PIPW), Bappelitbang Kota Bandung, Andry Heru Santoso menjelaskan, sejumlah titik di Kota Bandung juga memiliki potensi fenomena likuifaksi.
Berdasarkan penelitian dari Geodesy Research Group, Institute Technology Bandung dan International Decade for Natural Disaster Reduction yang bekerjasama dengan Bappeda Kota Bandung sekitar tahun 1992 sampai tahun 2000, terdapat 10 lokasi di Kota Bandung yang berpotensi likuifaksi.
Lokasi tersebut yaitu Kecamatan Kiaracondong, Antapani, Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Astanaanyar, Regol, Lengkong dan Kecamatan Bandung Kidul.
"Ke-10 kecamatan tersebut mungkin masih berpotensi atau tidak, nanti perlu didata dan diupdate ulang. Apakah ada penambahan atau pengurangan, itu kan baru potensi saja," katanya.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Eks Bos Lippo Eddy Sindoro Serahkan Diri Lewat Atase Kepolisian di Singapura
Bagikan
Berita Terkait
Gempa M 6,7 Lepas Pantai Sanriku, Jepang Keluarkan Peringatan Tsunami Sore Tadi
Bandung Ingin Dicitrakan Sebagai Kota Pendidikan
Satu Rumah Sakit dan Bandara Terdampak Gempa di Kota Tarakan
Analisis BMKG: Gempa Beruntun Gunung Salak Bukan Akibat Aktivitas Magma
Gempa M 6,2 Guncang Gorontalo Pagi ini, Tidak Berpotensi Tsunami
Panduan Cerdas Memilih Kost di Bandung: Jangan Hanya Lihat Harga dan Lokasi
Ini Kasus Dugaan Korupsi Yang Bikin Wakil Wali Kota Bandung Diperiksa Kejaksaan
Wakil Wali Kota Bandung Diperiksa Dugaan Kasus Korupsi, Bukan OTT Kejaksaan
Gempa M 6,5 di Leeward Islands, BMKG Ungkap Ada Pergerakan Lempeng Karibia dan Amerika Utara
Gempa Magnitudo 6,5 di Laut Karibia Gemparkan Dunia, BMKG Pastikan Tsunami Jauh dari Pesisir Indonesia