Pintek Dukung Pemulihan Ekosistem Pendidikan di 2021


Siap membantu institusi pendidikan. (Foto: Unsplash/javier trueba)
PINTEK sebagai perusahaan teknologi finansial untuk pendidikan, menargetkan 2021 untuk fokus permodalan bagi lembaga pendidikan. Tujuannya adalah membuka peluang bagi lembaga pendidikan untuk memberikan kontribusi dalam menjalankan sistem belajar dan mengajar daring, serta dibukanya sekolah untuk tahun ajaran 2021/2022.
Berdasarkan survei terhadap 150 sekolah yang dilakukan Pintek dan EduFinance di 2020, ada tiga kebutuhan dasar yang dibutuhkan setiap tahunnya. Pertama, sebanyak 78,5% membutuhkan renovasi sekolah yang mencakup kelas, laboratorium, dan ruangan lainnya. Kedua, sebanyak 50,2% adanya kebutuhan pembelian barang, seperti meja dan kursi, ATK, komputer, hingga tablet. Yang terakhir sekitar 41,63% untuk pembangunan fasilitas baru sekolah yang mendukung proses belajar mengajar.
Sisanya sekitar 12,45 persen untuk kebutuhan konten belajar dan 7,46 persen kebutuhan lainnya, seperti sertifikasi guru, pelatihan guru, dan insentif guru.
Baca juga:
Pintek Mendapatkan Debt Facility untuk Dukung Ekosistem Pendidikan Indonesia

“Terlebih lagi, saat ini banyak institusi pendidikan yang mengalami kesulitan dalam pendapatan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dikarenakan orang tua siswa menunggak. Namun dengan adanya kemungkinan pembukaan sekolah, mendorong institusi pendidikan untuk segera mempersiapkan kebutuhan sarana dan prasarana,” kata Tommy Yuwono, Co-Founder dan Direktur Utama Pintek.
Lewat Produk Institutions dapat dipergunakan institusi pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, pemenuhan operasional sekolah, serta kebutuhan implementasi digitalisasi pembelajaran. Pintek juga memberikan permodalan bagi institusi pendidikan hingga Rp2 miliar setiap penyaluran.
“Dalam mempersiapkan adanya kemungkinan pembukaan sekolah, perlu adanya persiapan ruang kelas, metode dan alat belajar, infrastruktur penunjang kebersihan, dan kesehatan. Menurut kami, banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh institusi pendidikan terhadap kemungkinan pembukaan sekolah dengan mengacu pada protokol kesehatan,” lanjut Tommy.
Baca juga:

Menurut Tommy, jika masih ada pelaksanaan secara daring, sekolah perlu memperbaiki fasilitas pembelajaran daring dari segi konten, komunikasi, maupun teknologi pendukungnya. Keadaan seperti ini juga memberikan tantangan tersendiri bagi institusi pendidikan untuk tetap bertahan dan mencari solusi terbaik.
“Selain menghadirkan solusi dalam mendanai institusi pendidikan, kami juga melakukan konsultasi dan analisis yang dalam untuk menentukan kapasitas pendidikan itu sendiri. Tujuannya agar pembayaran cicilan tetap sesuai dengan kemampuan sekolah dan semua pengeluaran terencana dengan baik,” tutup Tommy. (and)
Baca juga:
Peluang Pendidikan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19