Detail Baju Adat Asal Tanah Banten Yang Dipakai Wapres Ma'ruf Amin


Wakil Presiden Ma'ruf Amin beserta Ibu Wury Ma'ruf Amin. (Foto: Sekretariat Wapres)
MerahPutih.com - Daya tarik dari pelaksanaan Upacara Peringatan Detik-Detik Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di Istana Merdeka, adalah penggunaan pakaian adat yang beraneka ragam dari seluruh nusantara selain berbagai hiburan dari berbagai daerah.
Tak hanya dikenakan oleh para petugas maupun peserta upacara, pakaian adat juga dikenakan oleh Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma'ruf Amin.
Baca Juga:
Ornamen Emas Dominasi Pakai Adat Ibu Negara Iriana saat Hadiri Upacara HUT RI
Pada peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI ini Wapres beserta Ibu Hj. Wury Ma’ruf Amin memilih mengenakan pakaian adat dari Provinsi Banten.
Tiba di Istana Merdeka sekitar pukul 09.45 WIB, Rabu (17/8), Wapres mengenakan pakaian adat tanah kelahirannya, yang terdiri atas Iket Lomar bermotif Tapak Kebo, baju dalam putih berkerah tinggi, Jas hitam bermotif daun Hanjuang emas, Kain Samping bermotif serupa iket, serta celana dan sepatu hitam.
Sementara, Ibu Wury juga tampak anggun mengenakan kebaya putih dipadu kerudung hitam berbalut putih, serta selendang dan bawahan hitam bermotif batik emas.
Dikutip dari website resmi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, pakaian adat Banten lengkap yang dikenakan Wapres memiliki arti filosofis pada setiap bagiannya.
Pertama, Iket Lomar dengan motif tapak kebo atau garuda yaksa berwarna emas diambil dari suku Baduy. Motif tapak kebo atau garuda yaksa melambangkan kegigihan dalam bekerja. Adapun warna emas melambangkan kedalaman hati, budi pekerti dan kecemerlangan pikiran dalam menatap masa depan.
Selain itu, emas juga menjadi lambang kemewahan, kekayaan dan kesetiaan, serta merujuk pada makna kemakmuran, kesehatan, dan kegembiraan masyarakat Banten.
Kedua, Baju Dalam berwarna putih dengan kerah tinggi (seperti baju Koko) melambangkan religiusitas dan kebhinekaan masyarakat Banten. Warna putihnya sendiri melambangkan kesucian, keikhlasan, kebersihan, dan ketepatan.
Sementara kancing bulat pada baju ini melambangkan kebulatan tekad dalam berkarya melaksanakan tugas dan kewajiban.
Ketiga, Jas Hitam bermotif Daun Hanjuang (cordyline fruticosa) berwarna emas melambangkan ketangguhan masyarakat Banten dalam bertahan hidup. Warna hitam pada jas ini melambangkan kekuatan, keanggunan, keteguhan, kecanggihan dan ketenangan masyarakat.
Sedangkan Daun Hanjuang melambangkan perjuangan, sebab tanaman monokotil ini dapat hidup di mana saja dan sering dipakai sebagai tanaman pembatas atau tanaman pelindung, baik di perkebunan, ladang, atau sawah penduduk
Keempat, Samping atau kain pinggang dengan motif serupa dengan iket melambangkan kondisi Banten yang gemah ripah loh jinawi. Kain ini juga melambangkan masyarakat Banten yang mampu mengencangkan perut atau hidup dalam kesederhanaan.
Kelima, Celana Hitam Polos yang dirangkap dengan kain melambangkan keserumpunan Banten dengan bangsa Melayu. (Pon)
Baca Juga:
Upacara HUT RI, Jokowi Pakai Baju Adat Dolomani dari Sulawesi Tenggara
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Pameran Foto '1945' Resmi Dibuka di Monumen Pers Nasional, Tampilkan Jejak Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Ribuan Orang Ikut Merdeka Run 8.0K, Ini Rute Dari Istana Balik ke Istana

Adidas Indonesia Rayakan Keberagaman Lewat FW25 Island Series Indonesia Graphic Tees, Bawa Semangat ‘Satu Nusa Satu Bangsa’

Bersama Indonesia Rayakan HUT Ke-80, Mattel Rilis Boneka Barbie One-of-a-Kind, Tampilan Anggun Bergaun Batik

Sepanjang Perayaan HUT RI di Jakarta, 7,2 Ton Garam Ditabur di Langit Kendalikan Cuaca Ektrem

Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen

Puluhan Eks Karyawan Sritex Upacara di Depan Pabrik, Serukan Tuntutan Pembayaran Pesangon

375 Ribu Napi Dapat Remisi saat HUT ke-80 RI, Negara Hemat Pengeluaran untuk Uang Makan Sampai Rp 639 Miliar

Libur HUT ke-80 RI, Tingkat Okupansi Penumpang Kereta Api Jarak Jauh Capai 85 Persen

Boris Bokir Sampai Danilla Riyadi Ikut Upacara Penurunan Bendera di Tugu Proklamasi, Usung Tema 'Titik Nol Bangsa'
