De-influencing, Membantu Konsumen atau Metode Baru Endorsment?

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Selasa, 14 Februari 2023
De-influencing, Membantu Konsumen atau Metode Baru Endorsment?

Influencer umumnya 'mati-matian' memprosikan sebuah produk. (Foto: Frepik/rawpixel.com)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PERNAHKAH kamu merasakan dorongan untuk membeli sesuatu setelah melihat seorang influencer memakainya? Tenang saja, kamu tidak sendirian. Kamu dan ribuan orang lainnya di luar sana merasakan hal yang sama.

Seringkali kita tergiur dengan barang-barang yang belum tentu sebenarnya dibutuhkan. Alasannya sepele, hanya karena kita melihat video singkat 15 detik yang berisikan ulasan produk berdasarkan pengalaman pribadi influencer. Alhasil tanpa disadari kita tahu-tahu sudah terjebak ke dalam overconsumption.

Jika kamu salah satu orang yang sering menjumpai video ulasan produk, mungkin kamu juga lazim menemukan ulasan yang kurang baik. Biasanya video tersebut berisi alasan kenapa kamu tidak harus membeli produk ini dan menyediakan opsi produk lain.

Tahukah kamu bahwa itu bukan sekadar ulasan biasa, tetapi sebuah fenomena yang dinamakan de-influencing? Seperti namanya, de-influencing berarti lawan dari influence, isinya konten-konten yang memberi tahu apa yang tidak seharusnya kamu beli dan apa yang tidak berfungsi berlawanan apa yang dikatakan para influencer.

Baca juga:

Alasan Lagu Versi 'Speed Up' Tren di TikTok Bagi Gen Z

De-influencing, Membantu Konsumen atau Metode Baru Endorsment?De-influencing, Membantu Konsumen atau Metode Baru Endorsment?

Millie Bobby Brown melakukan demo skincare palsu. (Foto: YouTube)

Influencer kebanyakan siap sedia mempromosikan produk tanpa pandang bulu demi mengisi kantong mereka. Maka dari itu, kredibilitas mereka patut dipertanyakan lantaran kerap influencer tertangkap basah memalsukan endorsement mereka, contohnya saja Millie Bobby Brown dan Kylie Jenner. Keduanya meng-endorse produk skincare, tetapi faktanya mereka tidak benar-benar memakai skincare yang dipromosikan.

Video de-influencing biasanya berisi ulasan konsumen yang kecewa, beauty guru yang berwawasan, dokter kecantikan yang mengedukasi agar tidak terjebak mitos, hingga mantan karyawan ritel nge-spill produk mana yang paling sering dikembalikan oleh pelanggan.

Para de-influencer mengklaim mereka autentik, lantaran jujur apa adanya dan mengungkap omong kosong yang berbanding terbalik dari realitanya.

Istilah de-influencing diketahui berawal dari seorang beauty influencer yang pernah bekerja di Sephora dan Ulta bernama Maddie Wells. Ia mengunggah videonya di Tiktok pada 2020 dan memberi tahu para pengikutnya tentang produk yang paling banyak dikembalikan pelanggan saat ia dulu bekerja di ritel kencantikan.

Dalam unggahannya ia menyarankan mereka untuk tidak mengikuti hype lantaran produk-produk yang dikembalikan tidak benar-benar memberikan efek layaknya klaim produk.

Baca juga:

Pahami Tren Perilaku Konsumen untuk Buka Bisnis Baru

De-influencing, Membantu Konsumen atau Metode Baru Endorsment?
De-influencer mengklaim mereka autentik dan mengungkap omong kosong yang berbanding terbalik dari realitanya. (Foto: glossy.co)

Meski de-influencing terdengar meyakinkan dengan embel-embel autentiknya, nyatanya ini tidak sejujur apa yang diklaim. Menurut The Wall Street Journal, beberapa influencer memberi tahu Rolling Stone bahwa de-influencing adalah salah satu gaya endorsement baru.

Salah satu influencer bernama Isaias Hernandez mengatakan, bahwa de-influencing hanyalah gaya baru untuk mengemas suatu produk agar berkesan lebih ramah lingkungan. Hal ini benar adanya.

Mengutip majalah TIME, de-influencing yang seharusnya dapat mengurangi konsumsi belanja berlebihan justru tidak mengubah apapun. Video de-influence tidak cukup untuk mengubah kebiasaan overconsumption lantaran dalam video tersebut pasti para creator akan menyarankan pembelian dupe atau barang yang mirip yang menyebabkan penonton berakhir membeli produk lain.

Sejauh ini para de-influencer masih terpantau tidak membuat video atas dasar bayaran dengan menyarankan produk lain. Namun, seberapa jauh sebelum brand-brand menyadari taktik pemasaran baru ini dan membayar orang untuk mendiskreditkan produk pesaing? (kmp)

Baca juga:

Hailey Bieber Potong Rambut Gaya Bob, Bakal Tren di 2023?

#Media Sosial #Tren Media Sosial #TikTok
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.

Berita Terkait

Indonesia
[HOAKS atau FAKTA] : Mark Zuckerberg Sebut, Jika Perang antara AS dan Iran Pecah, Dunia akan Kehilangan Media Sosial Instagram hingga Google
Tidak ditemukan pernyataan resmi atau pemberitaan kredibel tentang Mark Zuckerberg yang mengaitkan konflik Iran-AS dengan matinya Google atau internet secara global.
Dwi Astarini - Senin, 10 November 2025
[HOAKS atau FAKTA] : Mark Zuckerberg Sebut, Jika Perang antara AS dan Iran Pecah, Dunia akan Kehilangan Media Sosial Instagram hingga Google
Indonesia
Akun Medsos Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Diperiksa, Polisi Temukan Barang Bukti Penting
Akun media sosial terduga pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta diperiksa. Polisi menyebutkan, ada sejumlah barang bukti yang ditemukan.
Soffi Amira - Sabtu, 08 November 2025
Akun Medsos Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Diperiksa, Polisi Temukan Barang Bukti Penting
Fun
Mario G Klau Kepancing Konten Viral TikTok Cinta LDR Bikin Lagu Pulanglah, Selami Liriknya!
‘Pulanglah’ terinspirasi dari sebuah konten viral TikTok yang menampilkan kisah pasangan yang saling mencintai tapi terpisah oleh jarak.
Wisnu Cipto - Minggu, 02 November 2025
Mario G Klau Kepancing Konten Viral TikTok Cinta LDR Bikin Lagu Pulanglah, Selami Liriknya!
Berita Foto
Menilik Aksi Kampung Tiktokers Kampanyekan Jersey Produk Lokal Buatan UMKM
Aksi tiktokers live streaming menjual produk Jersey buatan UMKM Sinergi Adv Nusantara, Kampung Tiktokers, Sukabumi, Jawa Barat.
Didik Setiawan - Kamis, 30 Oktober 2025
Menilik Aksi Kampung Tiktokers Kampanyekan Jersey Produk Lokal Buatan UMKM
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Pertamina Kasih Duit Rp 7 Juta Buat Netizen yang Unggah Citra Baik di Media Sosial
Pertamina memberikan imbalan Rp 7 juta bagi netizen yang mengunggah citra baiknya di media sosial. Lalu, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 29 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Pertamina Kasih Duit Rp 7 Juta Buat Netizen yang Unggah Citra Baik di Media Sosial
Indonesia
Akun Medsos yang Hina Bahlil Dilaporkan ke Polisi, Direktur P3S: Sangat Tidak Etis
Direktur Political and Public Policy Studies, Jerry Massie menilai, pelaporan akun medsos yang dinilai menghina Bahlil tidak etis. Sebab, hal itu masih dalam batas wajar.
Soffi Amira - Rabu, 22 Oktober 2025
Akun Medsos yang Hina Bahlil Dilaporkan ke Polisi, Direktur P3S: Sangat Tidak Etis
Indonesia
AMPG Laporkan Akun Medsos yang Hina Bahlil, Polda Metro Jaya Sebut Cuma Konsultasi
AMPG melaporkan sejumlah akun medsos yang menghina Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Polda Metro Jaya mengatakan, bahwa baru sebatas konsultasi hukum saja.
Soffi Amira - Rabu, 22 Oktober 2025
AMPG Laporkan Akun Medsos yang Hina Bahlil, Polda Metro Jaya Sebut Cuma Konsultasi
Lifestyle
RIP Foto! Instagram Ganti Total Tampilan, Reels dan DM Jadi 'Anak Emas'
Adam Mosseri umumkan uji coba tampilan baru dengan tab khusus Reels dan DM
Angga Yudha Pratama - Senin, 13 Oktober 2025
RIP Foto! Instagram Ganti Total Tampilan, Reels dan DM Jadi 'Anak Emas'
Indonesia
TikTok Akhirnya Serahkan Data Detail Live Demo Agustus, Komdigi Cabut Status Pembekuan Izin
TikTok telah memenuhi kewajiban menyerahkan data detail eskalasi traffic dan aktivitas monetisasi TikTok Live pada periode demonstrasi 25–30 Agustus 2025 yang diminta pemerintah.
Wisnu Cipto - Senin, 06 Oktober 2025
TikTok Akhirnya Serahkan Data Detail Live Demo Agustus, Komdigi Cabut Status Pembekuan Izin
Indonesia
Komdigi Bekukan Izin Live TikTok, DPR Khawatirkan Nasib UMKM
TikTok telah menjadi ekosistem penting bagi UMKM yang membuka ases pasar lebih luas.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 04 Oktober 2025
Komdigi Bekukan Izin Live TikTok, DPR Khawatirkan Nasib UMKM
Bagikan