Kesulitan Irama Nusantara Arsipkan Musik Indonesia Secara Digital
Beberapa kerjasama harus ditangguhkan karena COVID 19. (Foto pixabay bru-nO)
PANDEMI COVID-19 terbukti melahirkan berjuta kemalangan, mulai dari tersendatnya aktivitas sehari-hari, runtuhnya kestabilan ekonomi, serta kecemasan yang tiada henti. Industri hiburan pun menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dari virus mematikan ini.
Irama Nusantara, sebuah platform pengarsipan digital musik popular Indonesia juga merasakan kerugian yang sangat besar, terutama di sektor pendanaan. ”Tidak lagi tersedia dana untuk mendigitalisasi rilisan musik populer Indonesia, termasuk dana untuk kebutuhan operasional Irama Nusantara setiap bulannya,” ungkap Geni Fransiskus Bangun, office manager Irama Nusantara kepada MerahPutih.com. Ini disebabkan karena segelintir kerjasama antar pemerintah maupun swasta yang seharusnya bisa menjadi sumber pemasukan terpaksa ditangguhkan akibat pandemi COVID-19.
BACA JUGA:
Jangan Cengeng, Aldo Sianturi Tunjukan Banyak Revenue Buat Musisi
Beberapa program telah diciptakan demi memulihkan finansial Irama Nusantara, mulai dari penggalangan dana di kitabisa.com sampai program donasi berhadiah bernama ‘PLAT KAGET’. Dengan jumlah minimal donasi yang ditentukan, pendonasi berkesempatan untuk memenangkan piringan hitam dari koleksi khusus milik Irama Nusantara.
Seperti yang tercantum pada penjelasan di penggalangan dana via KitaBisa.com, Irama Nusantara membagikan informasi terkait rilisan populer Indonesia dari masa ke masa. Upayanya dalam melestarikan dan mendokumentasikan salah satu kekayaan sejarah bangsa Indonesia ini dilakukan dengan cara mendigitalisasikan arsip rilisan musik populer Indonesia pada masanya.
BACA JUGA:
3 Film Thriller Original Netflix untuk Temani Akhir Pekanmu
Proses mendigitalisasikan arsip musik juga bukan hal yang mudah. Ada beberapa tahap yang harus dilalui dengan teliti mulai dari pengadaan arsip fisik, konversi digital, restorasi digital, kataloging, sampai uploading.
”Waktu yang dibutuhkan untuk proses pencarian arsip fisik tentunya berbeda-beda, tergantung setiap sumber yang ditemukan,” ungkap Bangun. Ia menjelaskan bahwa arsip fisik dari pedangang piringan hitam atau kaset lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan milik kolektor pribadi.
“Jika dari pedagang piringan hitam atau kaset, lebih mudah karena terpusat pada satu tempat dan rilisan yang dimiliki sangat beragam, berbeda dengan milik kolektor yang koleksinya kebanyakan hanya rilisan-rilisan yang disukai secara pribadi,” jelasnya.
View this post on Instagram
Selanjutnya, proses konversi audio dari fisik ke digital memakan waktu sesuai dengan jumlah durasi lagu yang terekam. Jika dalam satu rilisan terdapat sepuluh lagu dengan total durasi selama 50 menit, maka konversi audio juga harus merekam selama 50 menit. Untuk bagian visual seperti cover album dan center label, harus di-scan secara keseluruhan menggunakan scanner A3.
Bangun mengatakan bahwa tahapan restorasi audio sendiri harus menggunakan aplikasi khusus. “Saat ini software yang kami gunakan adalah iZotope RX 2,” ungkapnya. Satu rilisan audio membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit tergantung seberapa dalam kerusakannya. Untuk restorasi visual, Irama Nusantara menggunakan software Adobe Photoshop.
View this post on Instagram
“Cover yang tidak mengandung banyak crackle, robek, atau bagian yang hilang (membutuhkan waktu) sekitar lima sampai sepuluh menit untuk satu file, tetapi untuk kover yang cukup parah kondisinya, memakan waktu 30-60 menit,” jelas Bangun.
Ketika proses restorasi audio dan visual telah selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan proses cataloging yang membutuhkan waktu sekitar 60 menit setiap 50 rilisan. Terakhir, proses uploading membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 20 menit tergantung seberapa banyak keterangan dalam rilisan yang harus disertakan seperti penulis lagu, band pengiring, liner notes, dan lain-lain.
Bagi Irama Nusantara, tahapan yang paling sulit adalah pencarian rilisan fisik yang belum pernah diarsipkan. Keberadaan album-album yang dicetak terbatas saat perilisannya dan kondisi fisik piringan hitam atau kaset menjadi dua kesulitan yang sering dihadapi mereka.
Dengan kehadiran situs iramanusantara.org, yayasan nirlaba ini berharap agar seluruh masyarakat Indonesia tidak lagi buta terhadap sejarah musik bangsanya sendiri. Irama Nusantara juga berharap bisa meningkatkan kesadaran budaya arsip di Indonesia.
View this post on Instagram
Secara lebih spesifik, Irama Nusantara berharap untuk bisa membongkar tembok-tembok eksklusivitas yang selama ini disematkan kepada para kolektor rilisan fisik yang menganggap hanya merekalah yang bisa menikmati atau mengetahui informasi album Indonesia di masa lampau. (shn)
Bagikan
annehs
Berita Terkait
Romantis dan Pahit, 'Titik Nadir' Jadi Lagu Kolaborasi Segar Kahitna dan Monita Tahalea
Iga Massardi Berkolaborasi dengan Basajan di Selector! Setelah Menangi Rekamkamar X MSA
JayJax dan TOXICDEV! Padukan Hyperpop dan Elektronik di Lagu 'FOMO'
Supple Hadirkan Single 'Terbelah Dua', Potret Dilema dan Konflik Batin yang Manusiawi
Baila Gambarkan Kebingungan lewat Single 'Mau Sampai Kapan', Simak Lirik Lagunya
Padi Reborn Hadirkan Lagu 'Ego', Babak Baru Penanda 28 Tahun Bermusik
Lirik Lengkap 'A Sorrowful Reunion', Lagu Reality Club yang Viral di TikTok
Asteriska & The Fellow Stars Merayakan Keberanian Lewat Lagu 'Keluar Dari Jakarta', Simak Lirik Lengkapnya
2 Dekade Bermusik, Holy City Rollers Kembali dengan Single ‘Where Have You Been’
Écoutez Kembali Hadir dengan Single 'Cerita Kita', Rayakan Persahabatan dan Reuni Setelah 12 Tahun